PADANG--Pakar gempa dan tsunami dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny Hilman Natawidjaja kembali mengingatkan Pemprov Sumbar dan pemerintah kabupaten/kota, agar tetap komitmen menyiapkan jalur evakuasi. Ancaman gempa 8,8 SR masih mengintai.
“Jika pemerintah daerah dan masyarakat tidak siap, potensi gempanya mencapai 8,8 SR yang diikuti gelombang tsunami, akan menjadi bencana terbesar sepanjang 200 tahun terakhir,” sebut Danny Hilman saat Rapat Kajian Potensi Tsunami di Sumbar dan Upaya Penanggulangannya.
Danny mengingatkan, jika gempa 8,8 SR terjadi selama dua sampai empat menit, dampaknya dapat merubuhkan semua bangunan baik di Kabupaten Kepulauan Mentawai maupun di sepanjang pesisir Sumatera, yakni Padang, Padangpariaman, Pariaman, Painan, dan sekitarnya.
Gempa dari Sunda Megathrust berkekuatan 8,8 SR juga dapat memicu gelombang tsunami tinggi di seluruh wilayah pesisir pantai Sumbar. “Pusat gempanya tidak peduli mau di barat atau di timur Kepulauan Mentawai, karena tsunami menerjang Padang. Lima sampai 10 menit gelombang laut tinggi itu terjang Mentawai, dan 20-30 menit sampai di pesisir Sumatera. Rangkaian ombak besar itu berlangsung hingga tiga jam atau lebih. Air laut surut hanya beberapa menit atau tidak surut sama sekali. Jadi jangan tunggu air laut surut justru akan membuang waktu untuk evakuasi," ingatnya.
Kepulauan Mentawai yang dianggap menjadi tameng pesisir Sumbar pun tak luput dari hal itu. Danny menyebutkan hanya sebagian skenario berlaku. Bahkan, bagian timur dari Kepulauan Mentawai, kata Danny, justru tidak aman.
"Kalau tingginya, tetap bagian barat, tapi ingat ada juga patahan selain Sunda Megathrust, yakni Mentawai Backthruts terletak di dekat pesisir Timur Mentawai. Gempanya masih kecil dari Patahan Sunda tadi, tapi tsunaminya sampai ke pesisir timur 1-2 menit,” ujarnya.
Doktor di bidang kegempaan dari Caltech University itu mengatakan, dengan ancama gempa dan tsunami itu, masyarakat Sumbar harus tangguh. Jangan menunggu air laut surut, karena dari analisis ilmiah gempa mencapai 8,8 SR, tsunami terjadi bisa saja tanpa ada tanda itu.
Sementara, pakar gempa lainnya, Prof Kerry Sie dalam rapat kemarin menyebutkan, adanya gempa kecil terjadi selama ini di Pantai Barat Sumatera, tidak menurunkan energi potensi gempa besar yang akan mengguncang Sumbar. “Bahkan gempa 7,6 SR tahun 2009 lalu, tidak mengusik prediksi potensi kekutaan gempa 8,8 SR, karena patahannya berbeda. Potensi 8,8 SR ke depan berada di patahan Sunda Megathrust itu akan menimbulkan gelombang tsunami,” ujar Kerry.
Sejarah gempa kuat di Sumatera tercatat dalam siklus. Dari siklus dibuktikan, ada terjadi rangkaian gempa besar sekitar 200 tahun lalu yakni pada 1797 dan 1833. Rangkaian siklus itu berulang dengan di mulai tahun 2007 lalu, melalui gempa yang terjadi di Bengkulu.
“Itu bagian Selatan dari Sunda Megathrust, sedangkan Sumbar di bagian Utara, yang energi gempanya masih tersimpan dengan kekuatan 8,8 SR diprediksi terjadi puluh tahun ke depan," jelas Kerry.
Danny maupun Kerry memastikan tidak ada satupun penelitian ilmiah yang mampu memprediksi terjadinya gempa. Pascagempa Aceh dan Sumbar memang sudah disiapkan teknologi early warning system. “Namun perlu disikapi juga dengan gempa kuat 8,8 SR semua perangkat digital dan listrik maupun telepon bisa tidak berfungsi beberapa jam setelah gempa terjadi," ujarnya.
Bahkan, Pagai Selatan yang pernah disapu tsunami Oktober 2010 tidak aman dari ancaman tsunami besar. "Pagai Selatan tetap tidak aman, sekalipun dalam skenario penelitian kami terletak di utaranya, tapi goncangan kuat dan tsunami besar tetap mencapai Pagai Selatan," ujarnya.
Meski pertemuan itu mengupas potensi tsunami di Sumbar dan upaya menyelamatkan ratusan ribu masyarakat, namun banyak pejabat berkompeten tah hadir. Padahal pembicara yang dihadirkan dalam pertemuan tersebut, sangat paham dan ahli terhadap ancaman tsunami di Sumbar.
"Apalagi kalau diundang kepala daerah di daerah rawan bencana. Padahal informasi ini penting untuk disosialisasikan ke kabupaten/kota yang berada di pesisir pantai Sumbar,” ujar Koordinator Jaringan Jurnalis Siaga Bencana Sumbar (JJSB) John Nedi Kambang.
Dari materi pertemuan, John mengakui informasi yang disampaikan dua pakar gempa dan tsunami urgen dan bermanfaat. Karena menyangkut keselamatan ratusan ribu jiwa warga jika bencana tsunami itu terjadi. (fan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... LPSK Ancam Tak Lagi Lindungi Rosa
Redaktur : Tim Redaksi