jpnn.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat yang berada di sekitar pusat gempa Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat mewaspadai kemungkinan gempa yang lebih besar seusai guncangan tadi pagi.
Pasalnya, menurut Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono sudah lama di wilayah tersebut tidak terjadi gempa besar.
BACA JUGA: Gempa M 6,9 Mengguncang Nias Selatan, Berpotensi Tsunami? Â
"Kita patut meningkatkan kewaspadaan terkait kejadian gempa pagi ini mengingat zona ini merupakan “seismic gap” yang sudah lebih dari 200 tahun. Apakah ini gempa pembuka atau bukan hal ini masih sulit diprediksi," katanya melalui siaran pers di Jakarta, Senin.
BMKG menyebut guncangan besar terakhir di zona tersebut adalah gempa kuat berkekuatan sekitar 8,5 skala richter yang terjadi pada 10 Februari 1797.
BACA JUGA: Waspada Gempa dan Tsunami di Cilegon, Jika Terjadi Sangat Berbahaya
"Sudah 225 tahun yang lalu," ucapnya.
Gempa tersebut, lanjut Daryono dibaengi dengan tsunami besar yang menerjang pantai dan pesisir Kota Padang.
BACA JUGA: Peringatan Keras BMKG, Bandara Ngurai Rai Bisa Dihantam Tsunami, Waspada!
"Sebagai catatan bahwa gempa dahsyat di Kepulauan Mentawai magnitudo 8,5 pada 10 Februari 1797 memicu tsunami di Mentawai, Sumatera Barat, yang menerjang pantai dan muara sungai hingga menggenangi pesisir Kota Padang," katanya.
Daryono juga mengatakan musibah tsunami pada saat itu menelan banyak korban jiwa.
"Banyak rumah hanyut, bahkan kapal besar dapat terdorong 5,5 kilometer ke daratan. Tsunami ini menewaskan lebih dari 300 orang," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya meminta jika terjadi gempa yang kuat, masyarakat di kawasan pesisir diminta untuk langsung melakukan evakuasi mandiri.
Dia berpesan jangan menunggu peringatan dini tsunami dari BMKG.
"Menjauh dari pantai tanpa menunggu peringatan dini tsunami dari BMKG. Evakuasi mandiri adalah sebuah ikhtiar yang dapat menjamin keselamatan dari tsunami," demikian Daryono. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia