jpnn.com, JAKARTA - Bahaya kejahatan online menggunakan metode phising makin mengancam pengguna internet secara luas.
Apalagi, banyak peredaran link atau tautan phising yang disebarkan melalui berbagai channel dan platform di internet, misalnya dari media sosial, aplikasi messaging, dan email.
BACA JUGA: Waduh! 356.786 Phising di Sektor Finansial Terdeteksi di Indonesia
Phising adalah tindak kejahatan pelaku online untuk memancing data pribadi serta informasi sensitif dan berharga dari lautan pengguna internet dengan berbagai trik.
Praktisi keamanan siber Restia Moegiono menyampaikan sistem internet dan teknologi saat ini sudah kuat dan aman sehingga pelaku kejahatan online melakukan peretasan pada manusia.
BACA JUGA: Pandi Catat Ada 5.579 Laporan Phising di Indonesia, Paling Banyak Perusahaan Ini
“Ancaman phising bisa menyerang siapa saja, bahkan orang terpintar sekalipun. Pelaku phising juga mengaku mendapatkan kepuasan tersendiri bagi mereka jika berhasil untuk mengelabui seseorang karena merasa menjadi lebih pintar dari orang tersebut,” ujar Restia, Selasa (24/1).
Berdasarkan data Anti Phishing Working Group (APWG) pada Desember 2022 melaporkan adanya lebih dari 1,2 juta serangan phising secara global selama kuarter 3 2022.
Adapun penipuan yang dilakukan menggunakan phising melalui email tercatat meningkat sebanyak 1.000 persen.
Menurut Restia, dampak phising yang sangat besar baik pada seseorang maupun bisnis membuat pengguna internet harus jauh lebih berhati-hati dalam menanggapi kiriman tautan terutama dari orang yang tidak dikenal.
Pasalnya, melalui serangan rekayasa sosial berupa phising, seseorang bisa dieksploitasi untuk memberikan akses pada data, informasi, jaringan, bahkan uang.
“Serangan phising yang sering terjadi ialah pencurian kredensial dan mengizinkan peretas mengakses data rahasia lalu memasang ransomware yang mematikan akses ke sistem dan meminta tebusan sebagai ganti data rahasia yang kini sudah mereka miliki,” ungkapnya.
Selain itu, Phising dengan metode tersebut juga sering terjadi pada perusahaan sehingga peretas dapat mencuri data pelanggan atau pengguna yang kemudian disebarluaskan.
Untuk itu, Restia berharap kesadaran personal harus diimbangi dengan kombinasi terbaik dari kebijakan keamanan, pertahanan teknis, dan edukasi untuk mengurangi risiko phising.
"Pelatihan security awareness amat penting untuk membuat orang makin berhati-hati dalam setiap langkah di internet karena masifnya dampak serangan social engineering,” tegas Restia.(mcr28/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Wenti Ayu Apsari