Waspada! Lihat Ini Jumlah Perantau Jateng yang Bersikukuh Pulang Kampung

Jumat, 27 Maret 2020 – 21:58 WIB
Penumpang di terminal bus. Ilustrasi. Foto Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyayangkan ada lonjakan jumlah warga perantau yang pulang ke wilayah Jateng di tengah menyebarnya wabah virus corona.

Padahal sudah ada imbauan pemerintah untuk tetap di rumah masing-masing sehingga tidak saling menyebarkan virus.

BACA JUGA: Ganjar Pranowo: Tidak Usah Pulang Kampung!

Tercatat hingga 26 Maret ada 66.871 pemudik dari berbagai provinsi yang pulang ke Jateng. Paling banyak di Wonogiri ada 42.838 orang.

Kemudian Kota Semarang dan sekitarnya 10.979 orang. Selanjutnya di Cilacap sebanyak 4.527 yang pulang kampung.

BACA JUGA: Bukannya Work From Home, Ternyata 6.724 Perantau di Jabodetabek Malah Kembali ke Jateng

Belum lagi di Jepara  yang mencapai 2.164 orang. Lainnya di Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kudus, Pati, Grobogan, Kabupaten Magelang, Purbalingga, Boyolali, Sragen, dan Karanganyar.

"Saya sepakat dengan Sri Sultan, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Semua pemudik otomatis masuk kategori ODP. Semua. Maka bupati wali kota hingga kepala desa agar mendata siapa saja pemudik yang sudah datang. Kemudian para pemudik ini harus mengisolasi diri di rumah selama 14 hari. Segera melapor jika merasakan gejala sakit agar segera ditangani," tegas Ganjar di Semarang.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Pendeta Meninggal, Ribuan Orang Mudik ke Jateng, Ketegaran Jokowi

Ganjar mengatakan sudah berkoordinasi dengan Pemda DKI dan Gubernur Jawa Barat untuk melarang warga perantauan pulang kampung. Selanjutnya, dia mengaku, akan koordinasi dengan Gubernur Jawa Timur.

"Kita buat kesepakatan bersama untuk melarang warga pulang ke daerah asal. Yang di Jakarta tetap di Jakarta, yang di Jabar tetap di Jabar, yang di Jateng tetap di Jateng, yang di Jatim tetap di Jatim," tuturnya.

Untuk menjamin kehidupan warga di perantauan yang sudah tidak bisa bekerja, Ganjar pun mengusulkan pada Gugus Tugas agar memberikan social safety net.

Ada jaminan kebutuhan dasar untuk masyarakat selama menjalani social atau physical distancing di rumahnya masing-masing.

"Bapak ibu, COVID-19 ini bukan masalah sepele. Ini masalah hidup-mati. Karena itu, mohon jangan bersikap meremehkan. Jangan semaunya sendiri. Ini masalah kita bersama yang harus kita selesaikan juga dengan kebersamaan. Anda berdiam di rumah, kita semua sehat. Atau anda nekat, kita semua terancam tidak selamat," pungkas Ganjar. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler