jpnn.com - Anda tentu sudah tidak asing lagi dengan dampak negatif kebiasaan merokok. Namun, akhir-akhir ini, semakin banyak orang yang memiliki kebiasaan merokok jadi berpindah ke rokok elektrik atau e-cigarette. Para perokok ini mengira, rokok elektrik punya dampak negatif yang cenderung lebih ringan bila dibandingkan dengan berbagai zat beracun pada rokok tembakau. Sudah tepatkah hal tersebut?
Sekilas tentang rokok elektrik
BACA JUGA: 4 Kebiasaan ini Bisa Bikin Panjang Umur
Rokok elektrik atau banyak disebut sebagai vape adalah salah satu jenis dari penghantar nikotin elektronik. Ada tiga komponen utama dalam rokok elektrik, yaitu baterai, elemen pemanas, dan tabung yang berisi cairan.
Cairan dalam tabung tersebut berisi nikotin, propilen glikol atau gliserin, serta penambah rasa, seperti rasa buah-buahan dan cokelat. Beberapa rokok elektrik juga mempunyai baterai dan tabung cairan yang dapat diisi ulang.
BACA JUGA: Ladies, 4 Cara ini Bisa Mencegah Terkena Kanker Serviks
Rokok elektrik bekerja dengan cara memanaskan cairan yang ada di dalam tabung, lalu menghasilkan uap seperti asap yang umumnya mengandung berbagai zat kimia. Pengguna pun mengisap zat kimia ini langsung dari corongnya.
Beberapa pakar mencoba untuk menjawab pertanyaan tersebut melalui salah satu penelitian yang dilakukan di University of Birmingham. Dari hasil penelitian tersebut, didapatkan bahwa penggunaan rokok elektrik berkaitan dengan terjadinya kerusakan sel penting pada sistem daya tahan tubuh. Hal ini dapat mengakibatkan dampak negatif yang tidak diketahui sebelumnya.
BACA JUGA: 6 Wanita yang Berisiko Terkena Kanker Serviks
BACA JUGA: Asap Vape Mengandung Bahan Kimia Penyebab Kanker
Penelitian memaparkan bahwa asap yang timbul dari penggunaan rokok elektrik dapat menghambat fungsi dari sel daya tahan tubuh yang terdapat di paru-paru serta meningkatkan risiko terjadinya peradangan. Karena itu, para peneliti menyanggah opini publik yang menganggap bahwa rokok elektrik dapat digolongkan sebagai aman.
Tidak seberbahaya tokok tembakau?
Meski begitu, para pakar dari Public Health England menyatakan bahwa rokok elektrik masih tidak seberbahaya rokok tembakau. Rokok jenis ini masih mungkin digunakan sebagai salah satu cara untuk melepas ketergantungan terhadap rokok tembakau.
Penelitian dengan desain eksperimental berskala kecil yang dipublikasikan di jurnal kedokteran Thorax tersebut dipimpin oleh Professor David Thickett, pakar di bidang penelitian terkait rokok elektrik. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai rokok elektrik fokus pada komposisi zat kimia dari cairan yang terdapat pada rokok elektrik sebelum digunakan.
Pada penelitian tersebut, para peneliti mengembangkan sebuah prosedur mekanik untuk memimik pengisapan rokok elektrik di laboratorium. Mereka menggunakan sampel jaringan paru-paru yang didapat dari delapan individu yang tidak merokok.
Hasil penelitian menunjukkan, asap yang timbul sebagai akibat dari pengisapan rokok elektrik menyebabkan terjadinya peradangan serta menghambat aktivitas dari sel makrofag pada alveolus paru-paru. Sel makrofag berfungsi untuk mengeliminasi partikel debu, bakteri, dan alergen (zat pencetus alergi), yang dapat berpotensi menimbulkan gangguan pada pernapasan.
Para peneliti mengatakan bahwa sebagian dampak yang diamati menyerupai efek yang tampak pada perokok tembakau biasa dan orang dengan penyakit paru-paru kronis.
Para peneliti mengingatkan bahwa hasil tersebut didapatkan pada kondisi yang disesuaikan di laboratorium. Karena itu, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk lebih memahami efek jangka panjang yang dapat terjadi. Sebagai tambahan, hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut merupakan perubahan yang diamati selama 48 jam masa penelitian.
Public Health England juga melakukan telaah ilmiah pada Februari 2018 lalu untuk merangkum semua bukti ilmiah yang berhubungan dengan penggunaan rokok elektrik. Dari telaah tersebut, didapatkan bahwa sebagian besar hasil kajian ilmiah menunjukkan bahwa rokok elektrik memiliki taraf keamanan yang lebih baik dibandingkan merokok, dan dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk membantu melepaskan kecanduan terhadap rokok.
Professor Thickett menambahkan bahwa walaupun rokok elektrik dikatakan lebih aman dibandingkan rokok tembakau, penggunaan alat tersebut tetap dapat berbahaya karena penelitian terkait hal ini masih belum banyak. Namun, menurut dia, masih terdapat banyak dampak negatif dari penggunaan rokok elektrik yang belum diteliti lebih lanjut.
Rokok elektrik ternyata dapat berdampak negatif terhadap sel pada sistem daya tahan tubuh. Karena itu, yang paling baik adalah Anda menghindari kebiasaan tersebut sama sekali, baik rokok tembakau maupun rokok elektrik. Hal ini demi menurunkan risiko berbagai dampak negatif pada kesehatan tubuh.(HNS/RVS/kikdokter)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Selandia Baru, Rokok Elektrik jadi Solusi Berhenti Merokok
Redaktur & Reporter : Yessy