jpnn.com - SAAT ini banyak ditemukan anak-anak yang menderita Hipospadia. Hipospadia adalah kelainan pada alat kelamin pria sejak lahir. Kasus ini banyak ditemukan pada satu di antara 120 anak laki-laki.
Kejadian ini terus meningkat, sekitar 50 persen merupakan kasus yang parah, dan 50 persen merupakan kasus ringan/sedang dari semua kasus hipospadia yang
tercatat di Asia Selatan khususnya di Malaysia.
BACA JUGA: Lebih Sehat Mana, Susu Hangat Atau Dingin?
Sedangkan di negara maju persentasenya meliputi 20 persen tergolong kasus parah dan 80 persen tergolong kasus ringan/sedang.
Pada umumnya, penderita hipospadia akan mengalami gangguan pada fungsi alat kelamin pria. Idealnya fungsi alat kelamin pria untuk mengeluarkan air seni,
lebih disukai dalam posisi berdiri saat berhubugan ketika dewasa.
BACA JUGA: Benarkah Makan Satu Telur Sehari Baik untuk Jantung yang Sehat?
Dalam kondisi normal, ujung alat kelamin pria dan alat kelamin pria mempunyai posisi lurus dan tidak bengkok.
Sementara itu, penderita hipospadia akan mengalami gangguan pada uretra atau pipa air yang menghubungkan kandung kemih ke tempat urin disimpan, dengan kata lain alat kelamin pria dalam posisi abnormal.
Karena itu urine bisa keluar di tempat yang tidak semestinya. Ciri penting lainnya dari alat kelamin pria hipospadia adalah kelengkungan, ini sering disebabkan oleh efek "tali busur" di mana terdapat jaringan yang kencang dan tidak memadai di bagian bawah alat kelamin pria.
Hal ini membuat alat kelamin pria bengkok. Fitur ketiga adalah kulup yang tertutup. Pada bagian bawah alat kelamin pria akan memberikan tampilan seperti "tudung", tepatnya di kulit isi atas alat kelamin pria.
Saat ini ada berbagai tingkat hipospadia. Bagian uretra (dari tempat urin berasal) bukan di ujung alat kelamin pria tetapi di tempat lain di sepanjang bawah alat
kelamin pria.
Alat kelamin pria yang bengkok disebut chordee. Kulit khatan mungkin hanya di bagian atas alat kelamin pria (dorsal hood) dan mungkin tidak ada di permukaan bawah. Tidak ada aliran urin yang lurus.
Hipospadia biasanya terdeteksi saat lahir, tetapi pada kasus yang ringan bisa saja tidak terdeteksi dan tidak tampak selama beberapa tahun.
Untuk memastikan, kondisi alat kelamin pria dalam keadaan normal di usia dini, Anda dapat mengunjungi dokter spesialis bedah anak.
Dr. Nadarajan Sudhakaran seorang dokter spesialis bedah dan urologi anak mengatakan, orang tua sebaiknya mengunjungi spesialis bedah anak untuk
mengecek kondisi alat kelamin pria si kecil dengan lebih cermat.
“Dari pemeriksaan dini, Anda akan memahami jenis hipospadia yang dialami. Maka perawatan akan lebih mudah jika pendeteksian juga lebih awal,” katanya.
Hipospadia ini akan menciptakan masalah besar di kemudian hari. Karena organ vitalnya tidak berfungsi dengan baik ketika dewasa. Putra Anda mungkin merasa kesulitan untuk mengarahkan aliran kemihnya.
“Hubungan intim juga mungkin sulit jika ada lengkungan pada alat kelamin prianya,” ujar Dr. Nadarajan.
Menurut Dr. Nadarajan, bila penanganan hipospadia ini tidak maksimal, akan timbul masalah psikologis. Penampilan alat kelamin pria tanpa operasi atau hasil operasi yang tidak maksimal justru memperburuk keadaan.
Oleh karena itu, usia untuk koreksi hipospadia sejak dini dapat dimulai dari usia 6–12 bulan atau dan maksimal pada usia 3 - 4 tahun.
“Dengan penanganan di tangan yang tepat, hal ini tidak akan menimbulkan stres karena pengalaman yang tidak menyenangkan dalam hidupnya,” tambahnya.
Hipospadia yang telah dioperasi akan mudah bergerak ke ujung alat kelamin pria. Kata Dr. Nadarajan, hal ini akan memungkinkan anak Anda untuk buang air kecil
dan aliran urin yang normal. Sehingga lengkungan pada alat kelamin pria akan lurus kembali dan membuat alat kelamin pria terlihat normal.
Dr. Nadarajan menjelaskan, pembedahan merupakan prosedur tunggal yang memerlukan 2 tahap atau lebih.
Hal ini tergantung pada tingkat keparahan hipospadia yang dialami. Pada beberapa kasus, akan ada tabung atau stent untuk mengalirkan urin dari kandung kemih
untuk menjaga luka kering agar segera sembuh.
Stent dan alat kelamin pria akan ditutup sementara dan akan dibuka seminggu kemudian. Putra Anda akan diajarkan cara merawatnya di rumah.
“Pastikan Anda memahami instruksinya sebelum pulang. Mintalah klarifikasi jika Anda tidak yakin,” tegas Dr. Nadarajan.
Dia tidak menyarankan agar operasi dilakukan sebelum sunat, karena kulit khatan kemungkinan akan digunakan dalam operasi. Alat kelamin prianya akan
terlihat seperti alat kelamin pria yang disunat normal setelah operasi hipospadia.
Seperti semua operasi, ada beberapa risiko yang akan terjadi. Namun, manfaat operasi akan lebih besar daripada risikonya. Dr. Nadarajan menyebut, beberapa
kasus khusus untuk operasi hipospadia memiliki efek samping yakni terasa kejang pada kandung kemih.
Namun, akan ada obat yang tersedia untuk membantu menghentikan kejang jika terjadi. Kasus lain yang mungkin terjadi yakni pendarahan dari alat kelamin pria. Hal ini terjadi mungkin karena luka tidak sembuh dengan baik. Namun, jarang sekali luka bisa mengalami rusak.
Urin yang keluar dari lubang aslinya disebut fistula. Namun, risiko yang bisa terjadi adalah kesulitan untuk buang air kecil yang disebut striktur. Hal ini terjadi
kemungkinan ada perbaikan lengkungan yang tidak lengkap.
“Oleh karena itu, pembedahan untuk memperbaiki hipospadia hanya boleh dilakukan oleh Ahli Bedah Anak yang berpengalaman (dokter yang berspesialisasi
dalam sistem saluran kemih anak),” tambah Dr. Nadarajan. (ikl/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia