jpnn.com - Macet sudah jadi ‘makanan’ sehari-hari warga Jakarta. Tidak hanya bikin telat sampai tujuan, kondisi tersebut juga bisa memicu stres. Kombinasi antara stres dan macet yang dialami secara berulang oleh warga Ibu Kota bisa menjadi penyebab hipertensi alias tekanan darah tinggi.
Menilik data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, sebanyak 34 persen warga Jakarta memiliki risiko hipertensi. Mirisnya lagi, hipertensi tak lagi ditemukan pada warga lanjut usia (lansia), melainkan pada usia muda yang masih produktif.
BACA JUGA: Benarkah Penderita Hipertensi tidak Boleh Makan Daging Kambing?
Menanggapi kondisi tersebut, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr. Dwi Oktavia Handayani, M.Epid mengatakan bahwa stres berlebih memang bisa menyebabkan hipertensi.
Senada dengan itu, dr. Resthie Rachmanta Putri, M.Epid dari KlikDokter mengatakan bahwa stres psikogenik yang dialami oleh masyarakat usia muda memang dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Ini karena kondisi tersebut menyebabkan gejolak hormon-hormon di dalam tubuh.
BACA JUGA: Fee Kemacetan
“Tidak hanya itu, stres juga berpotensi menjadi ancaman terhadap aspek kesehatan lain. Misalnya saja, status kondisi lemak darah. Terdapat penelitian di Spanyol yang mengungkapkan adanya hubungan antara kondisi stres berlebih dengan masalah kolesterol tinggi,” jelas dr. Resthie.
Stres bikin Anda mencari makanan enak dan rokok
BACA JUGA: Begini Cara Mengolah Daging Kambing Saat Idul Adha untuk Cegah Hipertensi
Adanya tekanan yang datang setiap hari membuat Anda mencari pelarian untuk meringankan kondisi tersebut. Dua hal yang kerap dijadikan pelarian adalah rokok dan makan enak.
Sesekali menghadiahi diri dengan makanan enak memang tidak masalah, apalagi jika Anda habis melakukan sesuatu perjuangan berarti. Namun, jika dilakukan terus-menerus, itu pasti akan berdampak pada kenaikan berat badan.
Dikatakan dr. Resthie, 50 persen remaja yang mengalami hipertensi juga memiliki berat badan berlebih alias obesitas!
“Obesitas membuat insulin tidak mampu membantu gula darah masuk ke dalam tubuh. Alhasil, kondisi tersebut mengganggu beberapa fungsi tubuh,” tutur dr. Resthie.
“Contohnya, gangguan pembuluh darah, gangguan transportasi ion-ion antarsel dan retensi natrium atau tertahannya natrium di dalam tubuh. Itulah yang jadi penyebab hipertensi,” sambungnya.
Jika hubungan antara obesitas dan hipertensi seperti itu, bagaimana dengan rokok? Apakah benar orang yang stres dan mencari pelarian dengan merokok dapat berujung pada hipertensi?
Menjawab pertanyaan, dr. Dyah Novita Anggraini dari KlikDokter mengatakan bahwa terdapat tiga komponen utama dari rokok: nikotin, tar dan karbon monoksida.
“Nikotin yang beredar di dalam tubuh akan memberi sinyal pada otak untuk melepaskan hormon adrenalin. Nah, adanya hormon adrenalin membuat pembuluh darah menyempit dan memaksa jantung bekerja lebih berat,” kata dr. Dyah Novita.
“Begitu pula dengan tar dan karbon monoksida. Zat tersebut mampu mengikat hemoglobin di dalam darah sekaligus mengentalkan darah, sehingga mudah menempel di dinding pembuluh darah. Pada akhirnya, pembuluh darah akan menyempit dan mengganggu fungsi jantung untuk memompa darah,” lanjutnya.
Perpaduan antara macet, stres dan gaya hidup tidak sehat terbukti menjadi penyebab timbulnya hipertensi dan penyakit kronis lain. Oleh karena itu, jika kemacetan membuat Anda stres, carilah pelarian yang positif. Anda bisa memperbanyak istirahat, olahraga dan melakukan hobi yang disenangi agar kondisi mental dan fisik menjadi lebih baik. (NB/RH/klikdokter)
Redaktur & Reporter : Yessy