Waspada! TBC Sudah Renggut 14 Nyawa Warga

Jumat, 23 Desember 2016 – 14:47 WIB

jpnn.com - KEDIRI - Jumlah penderita tuberkulosis (TB) terus meningkat di Kota Kediri.

Hingga September tahun ini, sudah ada 568 penderita. Sebanyak 14 pasien di antaranya meninggal.

BACA JUGA: Gadis Cantik Kabur Bersama Pacar, tak Hanya Sekali, Ortu Pusiiing

Angka tersebut naik secara signifikan dibanding 2013 dan 2014 yang kehilangan nyawa tidak sampai sepuluh pasien.

Pada 2015, jumlahnya mulai meningkat menjadi 14 pasien. Untuk tahun ini, penderitanya sudah mencapai angka tersebut meski akhir tahun belum habis.

BACA JUGA: Jembatan Cisomang Geser, Jasa Marga dan BPJT Diminta Segera Monitoring

Peningkatan jumlah itu disebabkan pasien enggan melakukan pengobatan hingga tuntas.

Akibatnya, penyakit justru resistan terhadap obat.

BACA JUGA: Bergeser, Jembatan Cisomang Melebihi Batas Izin

"Meninggal karena penyakitnya sudah parah dan tidak bisa diobati lagi," ujar Kabid Pencegahan Penyakit dan Masalah Kesehatan (P2MK) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kediri Rizal Amin yang diwakili Kasi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P3) Hendik Supriyanto kemarin.

Dia menambahkan, banyak pasien yang tidak patuh pada pengobatan. Apalagi, selama dua bulan pertama, langsung ada perubahan pada bakteri tahan asam (BTA).

Sebelumnya, BTA pada dahak positif sudah terkonversi menjadi negatif.

Karena merasa lebih sehat itulah, pasien kemudian berhenti mengonsumsi obat.

Padahal, bakteri TB baru bisa disembuhkan 6-8 bulan dengan pengobatan secara intensif.

Jika konsumsi obat selama rentang waktu tersebut disepelekan, bakteri akan menjadi kebal terhadap obat.

"Kondisinya justru memburuk. TB berkembang menjadi multi drug resistant (MDR), bahkan extensively drug resistant (XDR)," jelas Hendik kepada Jawa Pos Radar Kediri.

Pengobatan pasien MDR dan XDR harus lebih intensif. Yakni, disuntik selama 8 bulan serta mengonsumsi obat selama 2 tahun.
Jika sudah parah, upaya itu tidak akan memberikan hasil. Sebab, bakteri sudah kebal.

"Karena itu, sangat ditekankan penderita mau melakukan pengobatan sampai tuntas," ucap Hendik.

Setiap tahun, lanjut dia, penderita TB terus meningkat, bahkan tahun ini menyentuh angka 568 pasien.

Angka tersebut masih bisa diibaratkan gunung es. Sebab, mungkin ada banyak pasien yang tidak terdaftar di dinkes.

Tingginya angka itu disebabkan mudahnya bakteri TB menular. Misalnya, influenza yang bisa menular hanya melalui udara.
Bahkan, bila penderita meludah dan mengandung dahak, bakteri yang mengering masih bisa menulari sekitarnya melalui embusan angin.

"Satu pasien bisa menulari minimal sepuluh orang di sekitarnya yang kebetulan memiliki antibodi yang lemah," katanya.

Selain pengobatan secara intensif dan tuntas, Hendik juga menekankan pola hidup bersih dan sehat. Yakni, tidak meludah sembarangan.

Yang belum terjangkit harus selalu waspada dengan memeriksakan diri jika memiliki gejala.

Misalnya, batuk selama dua minggu yang tidak kunjung sembuh, mengeluarkan dahak, dan nafsu makan menurun sehingga berpengaruh pada berat badan (BB).

"Kami intensifkan sosialisasi TB ke puskesmas-puskemas dan kader agar kesadaran warga terhadap bahaya penyakit ini semakin tinggi," jelasnya. (dna/ndr/c5/diq/flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aktivis di Jatim Desak KPK Ambil Alih Kasus Bupati Mojokerto


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler