Waspadai Gejala COVID-19 Pada Anak-anak, Ini Bahayanya

Selasa, 31 Maret 2020 – 21:44 WIB
Ilustrasi virus corona. Foto: diambil dari covid19.go.id

jpnn.com, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, orang tua perlu mempersiapkan anak-anak mereka untuk menjaga diri mereka terhadap COVID-19. Sebab, sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa bayi dan anak-anak yang sangat muda kadang-kadang bisa mengalami gejala yang parah akibat virus tersebut.

"Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa sejumlah anak-anak di Tiongkok menderita penyakit parah dan kritis, termasuk satu kematian," kata Dr. Maria Van Kerkhove, kepala unit penyakit dan zoonosis WHO, seperti dilansir laman MSN, Senin (30/3).

BACA JUGA: Bisakah Seseorang Terkena COVID-19 Dua Kali? Ini Kata Pakar

"Yang perlu kita persiapkan adalah kemungkinan bahwa anak-anak juga bisa mengalami penyakit parah," jelas Van Kerkhove.

Penelitian baru yang diterbitkan jurnal Pediatrics mengamati 2.143 kasus anak-anak dengan COVID-19 yang dikonfirmasi, atau diduga yang dilaporkan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok antara 16 Januari dan 8 Februari.

BACA JUGA: Ini Cara Tepat Membersihkan Ponsel Anda Selama Wabah COVID-19

Lebih dari 90 persen kasus adalah kasus tanpa gejala, ringan, atau sedang. Namun, hampir enam persen dari kasus anak-anak itu parah atau kritis, dibandingkan dengan 18,5 persen untuk orang dewasa.

"Mungkin ada sejumlah alasan," kata Bonnie Maldonado, seorang ahli penyakit menular di Stanford yang tidak terlibat dengan penelitian ini.

BACA JUGA: Benarkah Berjemur Bermanfaat untuk Mencegah Tertulari Virus Corona?

"Mungkin saja reseptor untuk virus itu mungkin tidak dalam konfigurasi yang sama pada anak-anak dengan orang dewasa. Mungkin saja ada lebih banyak orang dewasa yang dites karena itu yang menjadi fokus," jelas Maldonado.

Pada awal wabah, para peneliti mengatakan virus baru itu tampaknya membuat anak-anak terhindar sementara sangat parah pada orang tua dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya.

Marc Lipsitch, seorang profesor epidemiologi di Harvard School of Public Health, mengatakan bahwa kurangnya anak-anak di antara kasus-kasus coronavirus yang dikonfirmasi juga bisa karena mereka terinfeksi tetapi mengembangkan gejala yang lebih ringan dan tidak dilaporkan ke pihak berwajib.

Perbedaan gejala di antara kelompok umur yang berbeda juga terlihat pada penyakit pernapasan lainnya.

Flu musiman, yang menginfeksi jutaan di AS setiap tahun, biasanya bisa lebih parah pada orang dewasa daripada anak-anak.

Ribuan anak dirawat di rumah sakit setiap tahun karena flu, tetapi kematian jarang terjadi, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

Namun, antara 50 persen dan 70 persen rawat inap terkait flu di AS terjadi pada orang berusia 65 tahun ke atas, dan antara 70 persen dan 85 persen kematian terjadi pada kelompok usia yang sama.(fny/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Djainab Natalia Saroh, Fany

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler