Waspadai Penipuan Jual-Beli Rumah

Kamis, 06 Desember 2012 – 07:55 WIB
MATARAM-Makin banyak saja modus penipuan yang dilancarkan para pelakunya. Yang terbaru adalah penipuan dalam transaksi jual-beli rumah. Pelaku meminta nomor rekening bank penjual rumah dan memaksa pemiliknya datang ke ATM. Semua komunikasi dilakukan via telepon.

Surya, seorang warga Karang Jangkong, Mataram nyaris menjadi korbannya. ‘’Orang itu benar-benar meyakinkan akan membeli rumah saya,’’ kata Surya kepada Lombok Post (Grup JPNN), kemarin.

Aksi ini bermula ketika Surya menawarkan rumahnya di kawasan Karang Jangkong untuk dijual. Melalui iklan dan selebaran yang disebar, Surya mencantumkan nomor teleponnya. ‘’Ya seperti layaknya iklan, saya cantumkan detail rumah, harga, dan juga nomor telepon agar pembeli bisa menghubungi,’’ terangnya.

Jumat pekan lalu (30/11), seorang pria menelepon dirinya dan mengatakan berminat membeli rumah yang ditawarkannya. Dengan meyakinkan pula, si penelepon tersebut mengaku telah melihat dan istrinya merasa cocok dengan rumah yang akan dijual itu.

Dalam komunikasi via telepon itu, pelaku layaknya pembeli yang serius membeli rumah juga melakukan negosiasi harga. ‘’Akhirnya kita mencapai kesepakatan harga, dan dia meminta nomor rekening BCA atau BNI,’’ tutur Surya. ‘’Karena saya tidak memiliki, maka saya berikan nomor rekening adik saya,’’ imbuhnya.

Si pelaku kembali menelepon dan meminta nomor telepon si pemilik rekening dengan alasan untuk melakukan transaksi. ‘’Dia benar-benar menelepon adik saya dan mengatakan akan mentransfer uang muka sebesar Rp 20 juta,’’ ungkapnya.

Untungnya sang adik, Wina, tidak terlalu percaya dengan aksi pelaku. ‘’Adik saya ditelepon berkali-kali dan diminta cek uang yang sudah ditransfer,’’ katanya.

Wina hanya melakukan pengecekan saldo melalui handphone dan ternyata tidak ada transaksi. Tak lama berselang, si pelaku kembali menelepon menanyakan ada tidaknya transaksi yang masuk senilai Rp  20 juta. ‘’Ketika dijawab tidak ada, adik saya diminta kembali ke ATM untuk melakukan pengecekan ulang, karena menurut pelaku, cek manual (melalui ATM) lebih baik daripada melalui HP,’’ tutur Surya.

Wina pun mulai curiga dengan pelaku yang terkesan memaksanya menuju ATM. Bahkan untuk meyakinkan aksinya, pelaku tampak marah-marah karena uang yang ditransfer justru raib. ‘’Kok bisa nggak ada? Padahal struk bukti transfer ada, coba ke ATM cek lagi,’’ kata Surya menirukan ucapan si pelaku.

Sempat terjadi aksi adu mulut melalui telepon antara pelaku dan Wina. Saat itu, pelaku minta uang yang katanya sudah ditransfer tersebut dikembalikan. ‘’Adik saya tetap tidak mau ke ATM dan meminta pelaku menghubungi bank yang bersangkutan untuk komplain,’’ tegasnya.

Karena merasa gagal, si pelaku kemudian berkata akan melakukan kroscek ke bank esok harinya dan akan menelepon adik saya lagi. ‘’Tapi sampai hari ini tidak pernah ada telepon lagi, untung saja adik saya tidak tertipu. Kalau tidak, uangnya bisa hilang Rp 20 juta bahkan lebih,’’ kata Surya bersyukur. (eci)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Sipir Jadi Budak Narkoba Napi

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler