SURABAYA - Potensi investor pasar modal tanah air masih tinggi. Sampai saat ini, belum satu persen dari jumlah penduduk Indonesia yang berinvestasi di pasar modal. Hal ini membuat perusahaan sekuritas agresif melakukan penetrasi di segmen ritel.
Presdir PT Waterfront Securities Indonesia Bambang Susanto mengatakan untuk menyasar ritel, strategi yang efektif adalah menggunakan sistem perdagangan saham berbasis online. Pihaknya bakal meluncurkan sistem online pada Mei mendatang. "Saat ini, masih dalam tahap uji coba dan pengetesan," kata Basmbang di sela peresmian kantor cabang Waterfront Securities Surabaya di Jalan Bintoro kemarin (16/3).
Dengan perdagangan online, Waterfront memproyeksikan penambahan nasabah hingga 10 ribu orang. Saat ini, sekuritas yang berdiri sejak 1990 itu baru memiliki nasabah berkisar tiga ribu. Transaksi pun dipatok bisa meningkat hingga Rp 3 triliun. "Tahun lalu, transaksi berkisar Rp 2 triliun dan menempati peringkat 30 besar di BEI (Bursa Efek Indonesia)," paparnya.
Selain meluncurkan perdagangan online, Waterfront gencar membuka cabang di kota-kota besar. Setelah Surabaya yang merupakan kantor keenam, mereka berancang-ancang membuka cabang di Bandung dan Medan. "Peresmiannya pada tahun depan," ucap Bambang.
Dia mengakui baru tahun depan lebih ekspansif membuka cabang. Alasannya, mereka saat ini disibukkan dengan penyesuaian aturan-aturan baru Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan). Antara lain, pemisahan rekening dana investor (RDI). "Koordinasi dengan pihak luar, khususnya bank butuh waktu. Kalau secara internal bisa cepat," paparnya.
Selain perantara pedagang efek, Waterfront juga menjadi penjamin emisi (underwriter). Ivo Rustandi, Vice President Business Development PT Waterfront Securities Indonesia menyebut tahun ini mereka bakal menjamin tiga emiten yang mengeluarkan obligasi. "Untuk sementara kami belum menyebutkan namanya. Sebab, masih dalam proses," pungkasnya. (dio/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Soal NPG, Switching Jangan Monopoli
Redaktur : Tim Redaksi