jpnn.com - SURABAYA – Meskipun sering diterpa isu tidak sedap soal kematian hewan koleksinya, Kebun Binatang Surabaya (KBS) ternyata masih bisa menjadi tempat yang nyaman bagi hewan di dalamnya. Selasa dini hari (12/8), seekor watusi jantan lahir dengan berat sekitar 30 kilogram.
Indukan satwa asli Afrika itu merupakan hasil pertukaran dengan Taman Safari II Prigen yang didatangkan pada Maret 2013. Saat didatangkan, usia Jumirah dan Lamidi, indukan watusi, memang lebih dari tiga tahun. ’’Di Taman Safari sudah pernah sekali beranak,” kata Agus Susilo yang menjadi keeper watusi tersebut Rabu kemarin (13/8).
BACA JUGA: Langgar IMB, Belasan Kios Dibongkar
Anak watusi itu diberi nama Agus Seloso, disesuaikan dengan hari kelahirannya. Watusi itu lahir pada Selasa di bulan Agustus. Namanya memang agak mirip dengan nama penjaganya, Agus Susilo.
Penjaga yang sudah 14 tahun bekerja di KBS itu menuturkan, watusi tersebut diketahui lahir pada Selasa pagi dengan kondisi yang baik. Tidak ada cacat bawaan pada satwa yang fisiknya mirip dengan sapi atau lembu itu.
BACA JUGA: Dampak Jembatan Comal Kian Terasa
Namun, pengelola KBS harus memisahkan anakan watusi dengan watusi jantan dewasa. Pemisahan itu dilakukan dengan memasang pagar dari bambu sehingga kandang peraga terbagi dua. Sebab, watusi jantan dewasa terlihat agresif terhadap anaknya sendiri. ’’Bisa jadi karena sama-sama jantan. Khawatir tersaingi,” imbuh Agus.
Selain itu, pemisahan tersebut dilakukan agar sang induk bisa leluasa menyusui anaknya. Saat masih bersama dengan jantan dewasa, anakan itu selalu diganggu. Bahkan, dikejar dan diseruduk. Padahal, anakan watusi itu masih terlihat berjalan dengan tertatih-tatih mengikuti induknya.
BACA JUGA: Penumpang Tewas Mendadak di Bus
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Operasional Perusahaan Daerah Taman Satwa KBS drh Liang Kaspe menuturkan, tidak ada perawatan khusus untuk anakan watusi. Hanya ada pemberian susu formula untuk tambahan nutrisinya. ”Selain itu, ya hanya dijaga 24 jam,” ungkapnya.
Kabar kelahiran satwa di KBS tersebut memang menjadi kabar baik di tengah banyaknya satwa yang mati secara misterius. Yang paling baru adalah komodo jantan berusia sebelas tahun yang menjemput ajal pada Kamis lalu (7/8).
Hasil otopsi, ada bercak merah pada organ pencernaan satwa kebanggaan Indonesia itu. Untuk mengetahui lebih detail penyebab kematian, contoh organ dibawa ke laboratorium. Sayangnya, hingga sepekan hasil penelitian itu belum juga keluar. ”Biasanya dua sampai tiga pekan baru selesai,” ujar Liang. (jun/mas/end)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pakai Ijazah Orang Meninggal, Dua Honorer K2 Lulus CPNS
Redaktur : Tim Redaksi