jpnn.com, LUMAJANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, meminta masyarakat di wilayah itu tetap tenang dan tidak panik dengan beredarnya kabar soal peningkatan aktivitas Gunung Semeru hingga mengeluarkan lava pijar dari Kawah Jonggring Saloko selama dua hari terakhir.
"Kami harapkan masyarakat Lumajang untuk tetap tenang, tidak usah panik dan resah," kata Kepala Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo di kantornya, Senin (30/11).
BACA JUGA: Dokter Dirga Minta Masyarakat Jangan Khawatir, Pemerintah Pastikan Kesiapan Vaksinasi Covid-19
Wawan mengatakan sesuai dengan laporan yang dia terima, aktivitas gunung api dari Pos Pantau Gunung Sawur menyebut bahwa Gunung Semeru tidak meletus, karena saat ini masih dalam status Level II atau Waspada.
Menurutnya, hasil pendeteksian alat seismograf di Pos Pantau Gunung Sawur menyebutkan memang terjadi gempa tremor harmonik, letusan, hingga guguran lava pijar di puncak Gunung Semeru sejak Jumat (27/11). Namun itu bukan letusan.
BACA JUGA: Jaksa Agung ST Burhanuddin Keluarkan Ancaman kepada Anggota Satgassus P3TPU
"Gunung Semeru tidak meletus, tetapi memang terjadi letusan (kecil) mulai Jumat (27/11) dan memang mengeluarkan lava pijar yang mengarah ke areal Curah Kobokan sebanyak 13 kali dengan jarak luncur dari lidah lava/puncak sekitar 500-1.000 meter," tutur Wawan.
Dia menjelaskan, luncuran lava pijar tersebut masih jauh dari pemukiman, hutan maupun area KRB (Kawasan Rawan Bencana) I, II dan III di Gunung Semeru, namun warga diimbau untuk tetap waspada.
BACA JUGA: Seorang Polisi Pergoki Istri Lagi Asyik dengan Selingkuhan di Dalam Ruko, Anggota Juga
Wawan juga mengimbau masyarakat tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 km dan wilayah sejauh 4 km di sektor lereng selatan-tenggara kawah aktif yang merupakan wilayah bukaan kawah aktif Gunung Semeru sebagai alur luncuran awan panas.
Selain itu, tetap mewaspadai gugurnya kubah lava pijar di Kawah Jonggring Saloko, sehingga BPBD Lumajang terus melakukan koordinasi dengan pihak Perhutani dan TNBTS karena dikhawatirkan luncuran lava pijar akan semakin panjang.
"Luncuran lava pijar itu dapat menyebabkan adanya kebakaran lahan dan hutan yang ada di lereng Gunung Semeru seperti beberapa tahun lalu," jelas Wawan.
Karena itu BPBD terus berkoordinasi dengan pihak Perhutani dan TNBTS, dengan saling memberikan informasi melalui jaring komunikasi untuk melaporkan setiap saat perkembangan hutan maupun aktivitas Gunung Semeru.
Sementara itu, pendakian ke Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl ditutup sementara sejak 30 November 2020, karena aktivitas gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur tersebut mengalami peningkatan.
Penutupan jalur pendakian gunung tertinggi di Pulau Jawa itu dikeluarkan oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) lewat Surat Pengumuman Nomor : PG.10/T.B/BIDTEK.1/KSA/11/2020 tentang Penutupan Sementara Kegiatan Pendakian Gunung Semeru.(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam