jpnn.com - JAKARTA - Peneliti Senior Indonesia Public Institute Karyono Wibowo menyatakan, kisruh yang terjadi di Mahkamah Konstitusi (MK) beberapa waktu lalu merupakan akumulasi kekecewaan publik terhadap MK.
Kekecewaan itu terutama paska tertangkapnya mantan Ketua MK Akil Mochtar yang terjerat kasus dugaan penangan sengketa pemilihan kepala daerah (pilkada) di MK. "Kisruh itu akumulasi kekecewaan publik," kata Karyono dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta, Sabtu (16/11).
BACA JUGA: Kemendikbud Tebus Koin Emas Aceh
Selain itu, ia menambahkan, kewibawaan MK runtuh setelah mereka menangani sengketa pilkada. Pada era Jimly Asshiddiqie belum ada kasus-kasus pilkada di MK.
"Ketika tangani pilkada memang ada godaan, pertukaran uang di pilkada itu besar sekali termasuk di MK," kata Karyono.
BACA JUGA: Nyekar Makam Bung Karno, Megawati Boyong Mantan Kabinet
Sementara itu, anggota Komisi III DPR Didi Irawadi Syamsuddin mengaku sangat prihatin dengan kerusuhan yang terjadi di MK. MK, menurutnya, selama ini adalah benteng konstitusi.
"Kejadian kemarin kita ambil hikmahnya saaatnya MK melakukan pembenahan diri, perbaikan. Saya berharap ini yang terakhir kali," kata Didi.
BACA JUGA: MPR: Jimly Asshiddiqie Punya Dosa Atas Kondisi MK Sekarang
Seperti diketahui, pembacaan putusan sengketa Pilkada Provinsi Maluku di MK pada hari Kamis (14/11) lalu berakhir ricuh. Puluhan pendukung penggugat hasil pilkada yang gugatannya ditolak berteriak dan merusak ruang siang MK. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hadapi Serbuan Dokter Asing, Menkes Siapkan Strategi
Redaktur : Tim Redaksi