jpnn.com - jpnn.com - Pelatih Sriwijaya FC, Widodo Cahyono Putro mengakui, anak asuhnya masih lemah dalam koordinasi saat dalam tekanan tim lawan.
Itu terbukti ketika melawan Bali United di partai perdana Grup 4 Piala Presiden 2017, di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Selasa lalu (7/2).
BACA JUGA: Sriwijaya FC Akhirnya Tunjuk Hyun Koo Jadi Kapten Tim
Widodo mengatakan dua gol Bali United tercipta dari ketidaksiapan Teja Paku Alam dan kawan-kawan dalam antisipasi gelombang serangan tuan rumah yang sebelumnya kebobolan lebih dulu melalui tendangan bebas Hilton Moreira.
Berawal setingan permainan dari bawah yang kemudian memaksa pemain Sriwijaya melakukan pelanggaran sehingga hasilkan tendangan bebas yang dikonversi jadi gol oleh Abdul Rahman dan penalti Marcos Flores.
BACA JUGA: Widodo Puji Kerja Keras Pemain Sriwijaya FC
"Golnya Abdul Rahman pakai dada. Jadi tak sepenuhnya kami lemah di bola atas. Tapi jika koordinasi antarpemain masih lemah memang iya. Terutama koordinasi saat mengantisipasi bola yang datang. Baik itu melalui serangan dari bawah maupun set piece.”
“Ini karena kami sudah ingatkan setiap pemain untuk siapa jaga siapa saat ada set piece baik itu tendangan bebas maupun sepak pojok. Tapi tetap saja kecolongan," ungkap WCP, sapaan karib pelatih asal Cilacap ini kepada Sumatera Ekspres (Jawa Pos Group), Rabu (8/2).
BACA JUGA: Bali United Ungguli Sriwijaya di Babak Pertama
Lini pertahanan tampak kokoh ketika Bio Paulin masuk gantikan Firdaus Ramadan tiga puluh menit jelang bubaran. Setiap serangan yang dibangun Bali United mudah dipatahkan dan serangan Sriwijaya FC juga kembali menyengat.
"Sengaja memainkan Bio di 30 menit terakhir karena pertimbangan fisik. Dia baru gabung sekali latihan dan hampir sebulan tak latihan. Saya tidak mau ambil resiko apalagi dia juga menyadari staminanya belum prima dan larinya belum sekencang sebelumnya," jelas Widodo.
Meski masih ada celah dalam koordinasi, WCP tidak panik. Sebaliknya dia tenang dan memaklumi apa yang terjadi terhadap pemainnya di lapangan.
Kata kewajaran menjadi cocok untuk merespons kekurangan anak asuhnya karena memang tim yang dibentuk baru setengah matang. Ini karena mereka baru latihan tak lebih dari tiga minggu sebelum tampil di Piala Presiden 2017.
"Tim ini memang belum jadi. Jika diprosentase, permainan kami sebenarnya baru terbenruk 60 persen. Kami masih berproses. Tidak hanya kami, semua tim di Piala Presiden ini masih belum matang baik permainan maupun kerja sama tim.”
“Tapi ya inilah fungsinya Piala Presiden. Kami ingin membangun tim ini tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik," ujarnya. (kmd/ion)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perang Dua Raja Assist
Redaktur & Reporter : Budi