TASIK - Widya Sri Rahayu (15), siswa kelas III MTs Rarang Jami, Indihiang, Kota Tasikmalaya adalah pemilik nomor handphone 08974658864 yang terpampang di situs jual-beli tokobagus.com dengan barang yang dijual Masjid Agung.
Saat ditemui di rumahnya, Widya mengaku tidak tahu menahu soal kemunculan iklan penjualan Masjid Agung Tasikmalaya seharga Rp 50 juta yang terpampang sejak tanggal 17 Februari 2013 itu.
Dia mengaku pertama kali menerima SMS perihal penjualan Masjid Agung itu pada tanggal 17 Februari, tepatnya hari Minggu pagi usai sholat subuh. Dia mendapatkan sebuah sms yang isinya caci-maki terkait iklan penjualan Masjid Agung di Tokobagus.com.Namun saat itu dia mengaku tidak mengerti apa maksud dari SMS tersebut.
“Hari Minggu (mulai terima SMS). Nggak tahu dari siapa, saya nggak ngerti,” ungkapnya saat ditemui wartawan di rumahnya Sirnagalih Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya Kamis (28/1).
Karena saat itu belum mengerti Widya pun tidak terlalu menghiraukan SMS. Namun setelah berita di media masa terbit tanggal 27 Februari. Meski demikian dia memberitahukan hal tersebut kepada sang ayah, Yanto Riyanto (40). Namun waktu itu ayahnya menganggap sms tersebut hanya pekerjaan dari orang iseng. Widya sendiri mengaku dirinya tidak pernah memasang iklan menjual Masjid di Tokobagus.com.
Siswi yang kini mau menghadapi ujian akhir itu mengaku hanya tahu cara mengoperasikan Facebook. Selain itu dirinya tidak pernah ngotak-ngatik website lain di internet. Widya biasanya online di warnet atau di rumahnya menggunakan laptop. “Nggak ngerti saya juga dimana tokobagus.com nggak tahu. Aku cuma tahu facebook doang,” terangnya.
Namun sekitar dua hari lalu, ayah Widya yang mengetahui informasi tersebut dari surat kabar kemudian memberitahukannya. Bahwa ada iklan penjualan masjid agung atas nama Widya dengan nomor hape yang sama. Widya menduga ada orang yang iseng menggunakan nama dan nomor kontaknya yang terpampang di Facebook untuk tindakan jail sehingga akhirnya merugikan dirinya.
Sejak saat itu kata dia sms dan telepon tidak pernah berhenti masuk ke nomor Widya. Namun, karena takut, tidak ada satu SMS atau telepon pun yang dibalas, sesuai saran sang ayah.
Sejak saat itu Widya mengaku sering tertekan. Gara-gara banyak SMS caci-maki yang masuk ke nomor ponselnya hampir tiap jam. Hampir 300 lebih SMS masuk. Baik yang iseng-iseng menawar masjid, maupun yang marah-marah tidak jelas bahkan ada kata-kata kutukan.
Akibat adanya kejadian tersebut, di sekolah, Widya juga menjadi ejekan teman-temannya. ”(Teman-teman) suka mengejek. Widya katanya buronan polisi. (Terganggu) susah makan, tidur juga gak nyenyak. Deg-degan,” ungkap remaja berponi itu.
Dari sekitar 300 lebih SMS yang masuk ke nomor pribadi Widya, hampir sebagian besar berupa kecaman. Dari warga yang marah dengan iklan penjualan masjid agung itu. Bahkan ada yang mengutuk agar perusahaan Widya segera bangkrut. Padahal bocah kelas III itu tidak memiliki usaha. ”(Isi sms) katanya semoga perusahaannya bangkrut. Aku nggak punya perusahaan. Aku juga nggak tahu apa-apa,” cetusnya.
Anak sulung dari tiga bersaudara itu berharap nama baiknya bisa kembali pulih. Karena saat ini banyak orang yang mengecam terhadap dirinya yang mengaku tidak tahu apapun.
Dia berdoa agar pelaku asli yang memakai nama dan nomor handphonenya bisa terungkap dan diproses. Meski demikian, dia tidak menuduh siapa pun yang mungkin menggunakan nama dan nomor handphone-nya dari facebook untuk iseng. ”Mudah-mudahan nama baik terjaga tidak tercemarkan,” harap Widya.
Sang ayah Yanto Riyanto dan istrinya Juju Juwariyah (32) mengaku awalnya hanya menganggap SMS --yang diterima Widya-- sebagai kerjaan orang iseng. Namun Yanto mengaku kaget setelah membaca berita di surat kabar pada tanggal 27 Februari bahwa ada iklan penjualan Masjid Agung dengan nama Widya. Namun waktu itu nomor handphone pada koran tersebut belum terpampang jelas.
Barulah keesokan harinya, tepatnya Kamis kemarin dia merasa yakin bahwa itu adalah nama dan nomor kontak anaknya setelah membaca kembali berita yang sama dengan nomor handphone yang jelas terpampang dan memiliki kesamaan dengan milik Widya. Sejak saat itu, Yanto yang semula hanya menganggap kejadian tersebut sebagai tindakan orang iseng terhadap anaknya langsung berubah.
Dia mendadak kaget, dan sempat gugup. Merasa khawatir akan aktivitas belajar anaknya disekolah terganggu. Kemarin pagi dia pun datang ke sekolah dengan membawa surat pernyataan bahwa anaknya tidak melakukan hal tersebut. Karena khawatir informasi penjualan masjid itu mengganggu aktivitas belajar Widya disekolah.
Yanto encoba berkonsultasi dengan pihak sekolah, meminta solusi untuk mengembalikan nama baik anaknya. Namun pihak sekolah pun menurut dia tidak bisa memberikan solusi. ”Pertama anak saya terima SMS masjid agung dijual. Cuma waktu itu saya anggap iseng. Cuma ke sini-kesininya terus banyak sms yang datang, oh ini berarti permasalahan serius. Saya bilang jangan balas supaya tidak mengganggu psikologis anak,” tuturnya.
Dia pun berharap agar nama baik anaknya bisa kembali. Ditempat kerja, dia pun sempat berkomunikasi dengan rekan-rekan kerjanya untuk meminta solusi. Karena permasalahan tersebut bukan lagi masalah sepele seperti yang sempat dibayangkannya. Bahkan kemarin sore, Yanto sempat datang ke Mapolres Tasikmalaya Kota untuk melapor, namun petugas yang dicarinya tidak ada. ”Saya sangat terpukul dan kaget sekali. Harapan saya bisa terungkap pelakunya dan nama anak saya supaya tidak tercemar,” harap Yanto.
Hari ini rencananya Yanto akan mengadu kepada kepolisian. Dia meminta polisi mengungkap siapa pelaku sebenarnya di balik permasalahan yang menimpa anaknya itu. Karena menurut dia, munculnya permasalahan tersebut telah mengganggu psikologis Widya secara langsung. Perubahan pada diri Widya jelas terlihat semenjak banyak SMS kecaman masuk. ”Saya mau ke kapolres paling habis mengikuti pelajaran anak. Siangan (hari ini) paling,” tuturnya.
Dia berharap masyarakat juga bisa bersikap dewasa dan tidak langsung memvonis anaknya bersalah. Karena dia yakin anaknya tidak pernah bertindak sampai sejauh itu.
Yanto mengau pernah mencabut kartu nomor handphone anaknya karena takut mengganggu psikologis Widya. Namun kini sudah dipasang lagi. Hingga tadi malam, SMS terus masuk ke kotak masuk pesan Widya. Namun tidak ada satu pun SMS yang dibalas atau telepon yang diangkat karena khawatir mengganggu.
”Harapan saya masyarakat jangan langsung vonis, harus tahu permasalahan. Meski nama sama, hape sama tapi belum tentu anak saya yang melakukan,” pungkasnya. (pee)
Saat ditemui di rumahnya, Widya mengaku tidak tahu menahu soal kemunculan iklan penjualan Masjid Agung Tasikmalaya seharga Rp 50 juta yang terpampang sejak tanggal 17 Februari 2013 itu.
Dia mengaku pertama kali menerima SMS perihal penjualan Masjid Agung itu pada tanggal 17 Februari, tepatnya hari Minggu pagi usai sholat subuh. Dia mendapatkan sebuah sms yang isinya caci-maki terkait iklan penjualan Masjid Agung di Tokobagus.com.Namun saat itu dia mengaku tidak mengerti apa maksud dari SMS tersebut.
“Hari Minggu (mulai terima SMS). Nggak tahu dari siapa, saya nggak ngerti,” ungkapnya saat ditemui wartawan di rumahnya Sirnagalih Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya Kamis (28/1).
Karena saat itu belum mengerti Widya pun tidak terlalu menghiraukan SMS. Namun setelah berita di media masa terbit tanggal 27 Februari. Meski demikian dia memberitahukan hal tersebut kepada sang ayah, Yanto Riyanto (40). Namun waktu itu ayahnya menganggap sms tersebut hanya pekerjaan dari orang iseng. Widya sendiri mengaku dirinya tidak pernah memasang iklan menjual Masjid di Tokobagus.com.
Siswi yang kini mau menghadapi ujian akhir itu mengaku hanya tahu cara mengoperasikan Facebook. Selain itu dirinya tidak pernah ngotak-ngatik website lain di internet. Widya biasanya online di warnet atau di rumahnya menggunakan laptop. “Nggak ngerti saya juga dimana tokobagus.com nggak tahu. Aku cuma tahu facebook doang,” terangnya.
Namun sekitar dua hari lalu, ayah Widya yang mengetahui informasi tersebut dari surat kabar kemudian memberitahukannya. Bahwa ada iklan penjualan masjid agung atas nama Widya dengan nomor hape yang sama. Widya menduga ada orang yang iseng menggunakan nama dan nomor kontaknya yang terpampang di Facebook untuk tindakan jail sehingga akhirnya merugikan dirinya.
Sejak saat itu kata dia sms dan telepon tidak pernah berhenti masuk ke nomor Widya. Namun, karena takut, tidak ada satu SMS atau telepon pun yang dibalas, sesuai saran sang ayah.
Sejak saat itu Widya mengaku sering tertekan. Gara-gara banyak SMS caci-maki yang masuk ke nomor ponselnya hampir tiap jam. Hampir 300 lebih SMS masuk. Baik yang iseng-iseng menawar masjid, maupun yang marah-marah tidak jelas bahkan ada kata-kata kutukan.
Akibat adanya kejadian tersebut, di sekolah, Widya juga menjadi ejekan teman-temannya. ”(Teman-teman) suka mengejek. Widya katanya buronan polisi. (Terganggu) susah makan, tidur juga gak nyenyak. Deg-degan,” ungkap remaja berponi itu.
Dari sekitar 300 lebih SMS yang masuk ke nomor pribadi Widya, hampir sebagian besar berupa kecaman. Dari warga yang marah dengan iklan penjualan masjid agung itu. Bahkan ada yang mengutuk agar perusahaan Widya segera bangkrut. Padahal bocah kelas III itu tidak memiliki usaha. ”(Isi sms) katanya semoga perusahaannya bangkrut. Aku nggak punya perusahaan. Aku juga nggak tahu apa-apa,” cetusnya.
Anak sulung dari tiga bersaudara itu berharap nama baiknya bisa kembali pulih. Karena saat ini banyak orang yang mengecam terhadap dirinya yang mengaku tidak tahu apapun.
Dia berdoa agar pelaku asli yang memakai nama dan nomor handphonenya bisa terungkap dan diproses. Meski demikian, dia tidak menuduh siapa pun yang mungkin menggunakan nama dan nomor handphone-nya dari facebook untuk iseng. ”Mudah-mudahan nama baik terjaga tidak tercemarkan,” harap Widya.
Sang ayah Yanto Riyanto dan istrinya Juju Juwariyah (32) mengaku awalnya hanya menganggap SMS --yang diterima Widya-- sebagai kerjaan orang iseng. Namun Yanto mengaku kaget setelah membaca berita di surat kabar pada tanggal 27 Februari bahwa ada iklan penjualan Masjid Agung dengan nama Widya. Namun waktu itu nomor handphone pada koran tersebut belum terpampang jelas.
Barulah keesokan harinya, tepatnya Kamis kemarin dia merasa yakin bahwa itu adalah nama dan nomor kontak anaknya setelah membaca kembali berita yang sama dengan nomor handphone yang jelas terpampang dan memiliki kesamaan dengan milik Widya. Sejak saat itu, Yanto yang semula hanya menganggap kejadian tersebut sebagai tindakan orang iseng terhadap anaknya langsung berubah.
Dia mendadak kaget, dan sempat gugup. Merasa khawatir akan aktivitas belajar anaknya disekolah terganggu. Kemarin pagi dia pun datang ke sekolah dengan membawa surat pernyataan bahwa anaknya tidak melakukan hal tersebut. Karena khawatir informasi penjualan masjid itu mengganggu aktivitas belajar Widya disekolah.
Yanto encoba berkonsultasi dengan pihak sekolah, meminta solusi untuk mengembalikan nama baik anaknya. Namun pihak sekolah pun menurut dia tidak bisa memberikan solusi. ”Pertama anak saya terima SMS masjid agung dijual. Cuma waktu itu saya anggap iseng. Cuma ke sini-kesininya terus banyak sms yang datang, oh ini berarti permasalahan serius. Saya bilang jangan balas supaya tidak mengganggu psikologis anak,” tuturnya.
Dia pun berharap agar nama baik anaknya bisa kembali. Ditempat kerja, dia pun sempat berkomunikasi dengan rekan-rekan kerjanya untuk meminta solusi. Karena permasalahan tersebut bukan lagi masalah sepele seperti yang sempat dibayangkannya. Bahkan kemarin sore, Yanto sempat datang ke Mapolres Tasikmalaya Kota untuk melapor, namun petugas yang dicarinya tidak ada. ”Saya sangat terpukul dan kaget sekali. Harapan saya bisa terungkap pelakunya dan nama anak saya supaya tidak tercemar,” harap Yanto.
Hari ini rencananya Yanto akan mengadu kepada kepolisian. Dia meminta polisi mengungkap siapa pelaku sebenarnya di balik permasalahan yang menimpa anaknya itu. Karena menurut dia, munculnya permasalahan tersebut telah mengganggu psikologis Widya secara langsung. Perubahan pada diri Widya jelas terlihat semenjak banyak SMS kecaman masuk. ”Saya mau ke kapolres paling habis mengikuti pelajaran anak. Siangan (hari ini) paling,” tuturnya.
Dia berharap masyarakat juga bisa bersikap dewasa dan tidak langsung memvonis anaknya bersalah. Karena dia yakin anaknya tidak pernah bertindak sampai sejauh itu.
Yanto mengau pernah mencabut kartu nomor handphone anaknya karena takut mengganggu psikologis Widya. Namun kini sudah dipasang lagi. Hingga tadi malam, SMS terus masuk ke kotak masuk pesan Widya. Namun tidak ada satu pun SMS yang dibalas atau telepon yang diangkat karena khawatir mengganggu.
”Harapan saya masyarakat jangan langsung vonis, harus tahu permasalahan. Meski nama sama, hape sama tapi belum tentu anak saya yang melakukan,” pungkasnya. (pee)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Korban Malpraktek Pilih Berdamai
Redaktur : Tim Redaksi