jpnn.com, JAKARTA - Menko Polhukam Wiranto ditusuk dua orang yang dinyatakan terkait jaringan teroris Jemaah Ansharut Daulah (JAD).
Mantan Panglima TNI itu diserang dan ditusuk usai meresmikan Gedung Kuliah Bersama Universitas Mathla'ul Anwar, Banten, Kamis (10/10)
BACA JUGA: Cerita Mira tentang Sosok Syahril si Penusuk Wiranto
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Lili Romli mengatakan kemungkinan ada muatan politik terkait penusukan terhadap Wiranto.
"Jika pelaku penusukan sehat secara psikologis berarti penusukan ini ada kaitannya dengan politik karena yang diserang adalah pejabat publik, seorang menko polhukam berarti bisa jadi terkait dengan kebijakan-kebijakan ataupun ucapan-ucapan dari Pak Wiranto sebagai menko polhukam," kata Lili saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Kamis.
BACA JUGA: Ditusuk di Pandeglang, Pak Wiranto Ternyata Tidak Suka Dikawal Ketat
Menurut Lili, kasus penusukan itu memang perlu ditelisik lebih jauh terkait latar belakang dan kesehatan psikologis pelaku penyerangan.
"Kalau memang tidak sehat secara psikologis bisa saja orang itu dipahami menyasar siapa saja, begitu kan?" tutur Lili.
BACA JUGA: Jokowi: Tadi Mau Masuk Istana kok Polisi Banyak Sekali, Ada Apa?
Lili mengatakan, perlu ditelusuri juga adanya kemungkinan keterkaitan dengan gerakan radikalisme karena Menko Polhukam Wiranto adalah pejabat publik yang mendorong ditetapkannya Undang-undang (UU) Ormas yang melarang kelompok-kelompok garis keras di Tanah Air.
Selain itu, Lili menuturkan perlu juga ditelusuri apakah penyerangan Wiranto tersebut terkait dengan kekisruhan isu politik yang lain karena pada 20 Oktober 2019 akan ada pelantikan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia dan disusul pemilihan anggota kabinet.
"Karena yang diserang menko polhukam, kuat kemungkinannya ada kaitannya dengan politik, apalagi sebentar lagi ada pelantikan presiden," tuturnya. (Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Soetomo