JAKARTA - Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI), Maswadi Rauf memprediksi pasangan capres-cawapres dari Partai Hanura, Wiranto dan Harry Tanoesudibyo bakal keok pada Pilpres 2014 mendatang. Dia menyebut tiga alasan.
“Meski Wiranto mengatakan bahwa mereka adalah pasangan ideal karena kombinasi mayoritas-minoritas, sipil-militer, saya rasa sulit bagi mereka untuk menang bertarung di Pilpres nanti," kata Maswadi Rauf, di Jakarta, Kamis (4/7).
Alasan pertama kata Maswadi, masalah pemenuhan batas 20 persen presidential threshold. Jika perolehan suara tidak naik, maka berat bagi keduanya maju sebagai Capres dan Cawapres.
“Alasan kedua, tidak lazim pasangan diajukan satu partai karena beratnya mengusung pasangan sendiri. Dari pengalaman tiga kali Pilpres selalu ada koalisi dengan partai lain. Minimal wakilnya diusung dari tokoh nasional. Ini penting karena seorang tokoh bisa memperluas basis dukungan. Saya lihat terlalu berani mereka karena basis dukungan mereka masih kecil,” tegasnya.
Dijelaskannya, SBY yang memiliki elaktabilitas tinggi pada Pilpres 2009 tetap menunggu hasil Pemilu Legislatif baru mendeklarasikan diri. Itupun SBY tidak mengambil kader partainya, tapi menggandeng Boediono yang dikenal sebagai profesional.
Alasan ketiga, tidak adanya sosialisasi ke publik mengenai pasangan calon ini dan langsung mendeklarasikan diri. "Lihat saja Ical, dia banyak beriklan dan berkunjung ke daerah untuk sosialisasi dirinya. Langkah ini belum dilakukan oleh pasangan ini. Setelah itu baru disinggung kemungkinan menjadi Capres. Ini kan tiba-tiba, saya saja kaget,” tegasnya.
Menyinggung peluang Wiranto yang akan tiga kali maju di pilpres, Maswadi mengatakan dalam politik memang tidak ada kata menyerah dan selalu harus ada harapan dengan usaha tanpa kenal lelah. (fas/jpnn)
“Meski Wiranto mengatakan bahwa mereka adalah pasangan ideal karena kombinasi mayoritas-minoritas, sipil-militer, saya rasa sulit bagi mereka untuk menang bertarung di Pilpres nanti," kata Maswadi Rauf, di Jakarta, Kamis (4/7).
Alasan pertama kata Maswadi, masalah pemenuhan batas 20 persen presidential threshold. Jika perolehan suara tidak naik, maka berat bagi keduanya maju sebagai Capres dan Cawapres.
“Alasan kedua, tidak lazim pasangan diajukan satu partai karena beratnya mengusung pasangan sendiri. Dari pengalaman tiga kali Pilpres selalu ada koalisi dengan partai lain. Minimal wakilnya diusung dari tokoh nasional. Ini penting karena seorang tokoh bisa memperluas basis dukungan. Saya lihat terlalu berani mereka karena basis dukungan mereka masih kecil,” tegasnya.
Dijelaskannya, SBY yang memiliki elaktabilitas tinggi pada Pilpres 2009 tetap menunggu hasil Pemilu Legislatif baru mendeklarasikan diri. Itupun SBY tidak mengambil kader partainya, tapi menggandeng Boediono yang dikenal sebagai profesional.
Alasan ketiga, tidak adanya sosialisasi ke publik mengenai pasangan calon ini dan langsung mendeklarasikan diri. "Lihat saja Ical, dia banyak beriklan dan berkunjung ke daerah untuk sosialisasi dirinya. Langkah ini belum dilakukan oleh pasangan ini. Setelah itu baru disinggung kemungkinan menjadi Capres. Ini kan tiba-tiba, saya saja kaget,” tegasnya.
Menyinggung peluang Wiranto yang akan tiga kali maju di pilpres, Maswadi mengatakan dalam politik memang tidak ada kata menyerah dan selalu harus ada harapan dengan usaha tanpa kenal lelah. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 250 Dinamit Kemungkinan Dicuri Saat Truk Singgah di Warung Makan
Redaktur : Tim Redaksi