Wisata Sejarah Kalah Bersaing Dengan Mal

Sabtu, 06 Oktober 2012 – 02:27 WIB
MAKASSAR -- Minat para wisatawan untuk berkunjung ke Makassar, terus mengalami peningkatan, khususnya wisatawan domestik, dari wilayah Indonesia Timur. Sayangnya, Pemerintah Kota masih perlu membenahi, dan menambah daya tarik sejumlah lokasi wisata sejarah dan religi yang masih kurang diminati.

Ketua DPD Asosiasi Industri Perjalanan Wisata (Asita) Sulawesi Selatan, Didi Leonardo Manaba, menjelaskan, khusus di Makassar, para wisatawan domestik kebanyakan memilih berbagai lokasi wisata moderen, seperti Trans Studio, Tanjung Bunga, Bugis Waterpark, dan sejumlah Mall. Objek wisata sejarah yang favorit hanya Benteng Rotterdam.

"Padahal, banyak agen wisata kita yang menyediakan paket berkunjung ke objek wisata seperti Makam Pangeran Diponegoro, Makam Raja-raja Tallo, Masjid Al Markaz, Masjid Raya Makassar, serta objek wisata lainnya," kata dia. Sayangnya, objek wisata tersebut kurang diminati wisatawan.

Menurut Leonardo, lokasi wisata moderen seperti pusat perbelanjaan, serta dibukanya lokasi rekreasi hiburan Trans Studio, dan Bugis Waterpark,  memang telah berkontribusi meningkatkan jumlah wisatawan di Makassar. "Wisatawan yang murni hanya untuk berwisata di Makassar, kita perkirakan mencapai hampir ribuan, setiap bulan. Itu di luar dari pengunjung yang secara kebetulan datang untuk kepentingan bisnis atau kegiatan, lalu melakukan wisata," kata dia. Peningkatan jumlah wisatawan, lanjutnya, mencapai pertumbuhan 5 persen setiap bulan, khususnya saat pertengahan hingga akhir tahun.

Menurut Leonardo, objek-objek wisata sejarah lainnya, sesungguhnya bisa dibuat lebih menarik dan memiliki daya tarik jika saja pemerintah kreatif dan punya perhatian besar. "Misalnya, dengan membenahi fasilitas umum, khususnya toilet, dan pusat-pusat informasi. Paling penting, pemerintah harus melakukan koordinasi yang baik dengan pengusaha travel," katanya.

Dia menjelaskan, saat ini, perusahaan biro perjalanan yang menjadi anggota Asita jumlahnya mencapa 174, dan 20 persen di antaranya bergerak di bidang perjalanan tur (wisata). Selama ini, kata dia, Asita termasuk jarang diundang oleh pihak Pemkot, dalam hal ini Dinas Pariwisata, setiap kali dilakukan pembicaraan terkait strategi wisata di Makassar.

"Padahal, yang menyalurkan wisatawan adalah perusahaan biro perjalanan. Jika koordinasi antara Pemkot dan Biro Travel berjalan baik, objek-objek wisata sejarah itu bisa dibuat lebih wisatawan," kata dia. Contoh kecil, pemerintah Kota misalnya menyelenggarakan pagelaran seni di salah satu objek wisata. Perusahaan travel yang tahu tempat dan waktu acara tersebut bisa mengarahkan para wisatawan dengan menambah agenda kunjungannya.

Objek-objek wisata yang perlu dibenahi, misalnya Komplek Makam Raja-raja Tallo, di Kecamatan Tallo. Makam ini bisa mengundang lebih banyak wisatawan, jika dilengkapi dengan penjelasan tentang sejarah Raja Tallo, termasuk dalam penyebaran islam. Demikian halnya makam pangetan Diponegoro, yang terletak di Jalan Dipenogoro.

Terpisah, Kepala Seksi Hubungan Lembaga Wisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwsiata (Disbudpar) Makassar mengaku tetap memberikan perhatian terhadap sejumlah objek wisata budaya dan sejarah yang ada di kota ini, meski objek-objek tersebut berada di bawah kendali Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3).

Objek wisata sejarah dan budaya yang selama ini ramai dikunjungi wisatawan, seperti Fort Rotterdam atau Benteng Rotterdam, Monumen Mandala, Museum kota, museum La Galigo yang terletak dalam kawasan Rotterdam, makam kuno Raja-raja Tallo, makam Diponegoro, Gedung Kesenian.

"Kita tetap memberikan perhatian, khususnya dalam hal perawatan fisik objek yang ada, tapi kan tetap harus berkoordinasi dengan BP3 selaku lembaga yang menaungi objek tersebut, termasuk dengan Pemerintah Provinsi Sulsel," tandas Rina. 

Rina menambahkan, Dispar Makassar juga proaktif melakukan promosi objek ke luar daerah dengan mengikuti pameran-pameran di luar daerah. "Promosi juga kita lakukan melalui event-event pariwisata," ujarnya.

Kepala Seksi Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Disbudpar Makassar, Rosniah, menambahkan, Disbudpar Makassar telah membenahi sejumlah fasilitas di makam kuno Raja-raja Tallo, seperti perbaikan pintu gerbang, perbaikan fasilitas umum seperti toilet dan penambahan ornamen-ornamen dalam objek serta pengecatan bagian fisik objek.

"Perlu juga diketahui, semacam makam Diponegoro, itu dikelolah oleh keluarga keturunan Diponegoro, meski begitu, tetap ada perhatiand ari pemerintah kota," tandas Rosniah. (sbi-kas)


BACA ARTIKEL LAINNYA... Korsleting, Toko Mebel Terbakar

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler