WNI Di Turki Tolak Kunker DPR

Senin, 10 September 2012 – 09:10 WIB
JAKARTA -  Keberangkatan rombongan anggota DPR ke Turki terkait pembahasan RUU Palang Merah Indonesia (PMI) mendapat penolakan dari warga Indonesia yang berada di sana. Penolakan itu datang dari Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Turki (PCI NU Turki), Lembaga Otonomi Kajian dan Penerbitan Asitane, dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Istanbul.

"Urgensi agenda kerjanya tidak signifikan dan terkesan mengada-ada. Masak hanya untuk menentukan sebuah lambang PMI harus melakukan kunjungan beramai-ramai. Bahkan, ke dua negara, yaitu Denmark dan Turki," kata Ketua Tanfiziyah PCI NU Turki Labib Syauqi Minggu (9/9).

Selain ke Turki, satu rombongan yang lain berangkat ke Denmark. Alokasi anggaran ke Denmark Rp 666,2 juta. Sedangkan alokasi anggaran ke Turki Rp 636,6 juta. Jadi, seluruhnya menghabiskan anggaran Rp 1,3 miliar. Mereka bertolak ke dua negara itu sejak 3 September lalu untuk kunjungan seminggu.

Rombongan ke Denmark dipimpin Wakil Ketua Baleg dari Fraksi PPP Achmad Dimyati. Sedangkan rombongan ke Turki dipimpin Wakil Ketua Baleg dari Fraksi PKB Anna Muawannah.

Labib menuturkan, mereka sempat dijadwalkan oleh pihak kedutaan untuk berdialog dengan anggota DPR yang datang ke Turki pada 6 September pukul 19.00. Tetapi, setelah dikonfirmasi kembali, rencana pertemuan itu diubah kedutaan menjadi 7 September. "Melihat sikap rombongan yang tidak tegas serta mencla-mencle, kami putuskan mengundang mereka dalam acara yang kami adakan sendiri pada 7 September pukul 16.00 di gedung Bab-i Alem, International Student Association, Fatih, Istanbul," kata mahasiswa Pascasarjana Studi Islam Universitas Konya, Turki, itu.

Tapi, para mahasiswa dan elemen masyarakat Indonesia yang berdomisili di Istanbul merasa kecewa. "Setelah menunggu sekitar satu jam, para anggota dewan tidak ada yang menunjukkan iktikat baik untuk datang. Meski begitu, acara tetap kami lanjutkan," ujar Labib.

Dimulai dengan diskusi mengenai substansi kunjungan kerja ke Turki, acara dilanjutkan dengan parodi pelajaran menggambar dan mewarnai. "Saudara Andika Rahman berperan seperti seorang guru yang sedang mengajar murid-murinya di kelas 2 SD. Dia mengajarkan cara menggambar sebuah logo palang dan diteruskan dengan pelajaran mewarnai warna merah," sindir Labib.

Baleg sendiri beralasan kunjungan ke dua negara tersebut diperlukan karena masih terjadi perdebatan bernuansa "aliran" mengenai lambang yang akan digunakan oleh Palang Merah Indonesia (PMI). Ada yang mengusulkan tetap palang merah. Ada juga yang meminta bulan sabit merah.

Denmark menjadi salah satu negara tujuan karena menjadi negara asal pendirian Red Cross. Sedangkan Turki merupakan negara asal organisasi kemanusiaan Bulan Sabit Merah.

Ketua Majelis Perwakilan Anggota PPI Istanbul Muhamad Syauqillah menyampaikan, setiap rencana agenda kerja kunjungan ke luar negeri sebaiknya dipaparkan kepada masyarakat setidaknya sebulan sebelum keberangkatan. Bisa melalui media massa maupun melalui website DPR.

"Kami meminta transparansi pertanggungjawaban atas hasil kunjungan tersebut supaya disosialisasikan kepada masyarakat agar masyarakat juga bisa ikut mengaudit," tegas mahasiswa Doktoral Ilmu Politik Universitas Marmara itu. (pri/c4/agm)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Thorik, Perakit Bom Tambora Menyerahkan Diri

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler