jpnn.com - DALAM pilpres AS lalu banyak pemilik suara yang golput. Ya, ini karena ada anggapan Donald Trump dan Hillary Clinton bukanlah dua kandidat presiden terbaik yang dimiliki AS
Ada juga yang memilih sosok lain. Salah satunya Harambe. Ada dua hal yang jadi masalah.
BACA JUGA: 5 Selebritas yang Janji Keluar dari AS jika Trump jadi Presiden
Pertama, Harambe adalah gorila. Kedua, ia sudah mati.
Harambe, si mendiang gorila, adalah penghuni Kebun Binatang Cincinnati. Dia mati ditembak pada 3 Mei silam.
BACA JUGA: KRI Banda Aceh Arungi Perairan Australia
Pawang terpaksa membunuhnya lantaran ada seorang anak berusia 3 tahun yang terjatuh ke kandangnya.
Mereka takut ia menyakiti si anak. Kematian Harambe menyulut kemarahan seantero AS.
BACA JUGA: Ivanka Trump Punya Kans Besar jadi Menteri
Banyak yang berpendapat dia seharusnya ditembak bius saja.
Namun, Harambe tak terlupakan. CNN mengklaim, lebih dari 20 ribu warga AS menulis namanya pada balot suara.
Lebih banyak daripada suara yang diperoleh quarterback tim American football Green Bay Packers Aaron Rodgers.
”Terima kasih kepada kalian yang memilihku. Aku tahu, agak sulit memilih antara aku dan Harambe. Sepertinya aku kalah sama dia,” kata Rodgers kepada Sports Illustrated.
Dalam balot, kolom write in ada di bawah nama Evan McMullin, calon dari partai independen.
Pemilih bernama Jack mengunggah kertas suaranya yang sudah ditulisi nama Harambe ke Twitter.
”Aku memilih gorila saja,” tulisnya. Sayang, keinginan mereka menjadikan Harambe sebagai presiden sulit terwujud.
Pada 34 states, menulis nama kandidat yang diinginkan di kertas suara butuh banyak syarat.
Plus, ada sembilan states yang tidak memungkinkan voters menulis nama.
Oh ya, kalaupun pendukungnya cukup besar, Harambe tidak bisa jadi presiden.
Usianya baru 17 tahun. Orang harus berusia minimal 35 tahun untuk bisa terpilih sebagai presiden. (fam/c10/na)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Melania, First Lady AS Pertama yang Pernah Pose Tanpa Busana
Redaktur : Tim Redaksi