jpnn.com - PROBOLINGGO – Jamaah Islam Alif Rabu Wage (Aboge) yang berbasis di Desa/Kecamatan Leces, Probolinggo, Jatim, baru menggelar hari raya pada Minggu (19/7).
Kemarin pagi, jamaah Aboge yang beranggota puluhan orang menggelar salat Id di salah satu musala di desa setempat. Ibadah yang dimulai sekitar pukul 06.30 itu diikuti puluhan jamaah laki-laki dan perempuan, termasuk anak-anak.
BACA JUGA: Kapolri Sebut Ada Aktor Intelektual di Belakang Rusuh Tolikara, Siapa Jenderal?
Di antara mereka, tampak Mahmud Sugianto. Lelaki yang tiba di musala selepas subuh itu mengungkapkan, kendati Lebaran Aboge berbeda dengan mayoritas umat Islam, hal itu tidak pernah menjadi soal.
’’Meski berbeda shalat Id-nya dengan warga lain, tidak ada persoalan. Kami saling menghormati saja,’’ ungkapnya.
BACA JUGA: Menteri Yuddy: Terima Kasih Pak Wali
Sementara itu, Buri Bariyah, pemimpin jamaah Islam Aboge, menjelaskan, penetapan Minggu sebagai 1 Syawal 1436 Hijriyah tak lepas dari perhitungan yang telah ditetapkan kelompoknya.
’’Kami berpatokan pada 1 Muharam. Waldjiro, Syawal Siji Loro, itu penetapannya. Karena 1 Muharam jatuh pada Minggu, 1 Syawal juga Minggu,’’ ujarnya mencoba memberikan penjelasan. Perhitungan itu, lanjut dia, berlaku sejak berpuluh-puluh tahun.
BACA JUGA: Gunung Raung Kembali Ngebul, Abu Vulkanik Capai Ketinggian 5 ribu Meter
Berdasar pantauan koran ini, selepas salat, jamaah tidak lantas pulang ke rumah masing-masing. Bersama-sama dengan jamaah lain, mereka menikmati makan bersama di halaman musala. ’’Warga membawa sendiri berkatan dan dimakan bersama-sama,’’ jelas Mahmud.
Bukan hanya tradisi makan bersama yang dilakukan jamaah. Guna memeriahkan Lebaran, mereka juga menyalakan petasan. Petasan renteng sepanjang 1,5 meter itu digantung di salah satu pohon dan dinyalakan bersama-sama.
Di sisi lain, perayaan Lebaran Aboge tersebut memantik perhatian warga di luar jamaah Aboge. Salah satunya Sulam, 60. Meski mengaku bukan anggota jamaah, pria asal desa setempat itu sengaja datang untuk menyaksikan kemeriahan Lebaran Aboge.
’’Saya sudah salat kemarin (Jumat, 17 Juli, Red). Cuma saya memang terbiasa ikut datang ke sini. Ya, lihat-lihat saja, kan ramai,’’ terangnya. Menurut Sulam, di Leces, jamaah Aboge ada sejak zaman kemerdekaan.
Konon, pada awalnya, hanya ada dua ulama Aboge. Namun, jumlah mereka berkembang. Saat ini, ada delapan orang yang dianggap sebagai tokoh Aboge. ’’Cuma, untuk ibadah salat, tempatnya ya di sini ini,’’ ujarnya. (put/aad/c23/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPD Minta Negara Pastikan Kejadian Tolikara tak Terulang
Redaktur : Tim Redaksi