jpnn.com - JAKARTA - Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat di angka 4,7 persen pada kuartal I tahun 2015, ternyata hasil survei Kantar Worldpanel Indonesia menunjukkan bahwa , pasar Fast Moving Consumer Goods (FMCG) tetap tumbuh 15 persen di tahun 2015. Bahkan, tahun ini pasar tersebut diprediksi tetap tumbuh, setidaknya sama dengan tahun 2014.
Menurut Fanny Murhayati, New Business Development Director Kantar Worldpanel Indonesia, pasar FMCG di Indonesia terbilang memiliki potensi yang luar biasa. "Meski dibayangi tantangan di sektor ekonomi, Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara di Asia yang masih mampu memberikan pertumbuhan dua digit untuk FMCG pada 2014,” ujarnya Selasa (21/5).
BACA JUGA: Puasa dan Lebaran, Konsumsi BBM dan Elpiji Meningkat 15 Persen
Dijelaskan Fanny, pertumbuhan dua digit tersebut terlihat di semua sektor. Pertumbuhan paling tinggi terlihat pada sektor kebutuhan rumah tangga yakni sebesar 18% dan kebutuhan pangan sebesar 15%. Besarnya potensi pasar FMCG Indonesia in, diakui Fanny, tak lepas dari jumlah penduduknya yang sangat besar, sekitar 240 juta orang.
Dari jumlah populasi tersebut, sekitar 70 persen merupakan usia produktif. Fakta ini menempatkan Indonesia sebagai pasar yang sangat menarik bagi para pemain FMCG di seluruh dunia. “Ini tentu menjadi ajang yang menantang untuk para pemain FMCG,” tegasnya.
BACA JUGA: Antam Jual Logam Mulia Mungil, 0,5 Gram Saja
Yang menarik, jika mengacu dari data survei Kantar Worldpanel Indonesia, ada perubahan perilaku konsumen di pasar FMCG Indonesia, terutama saat mereka berbelanja. Perubahan perilaku ini didorong oleh situasi ekonomi yang melambat dan ketidakstabilan harga bahan bakar kendaraan (BBM) di Indonesia.
Dipaparkan Fanny, konsumen rumah tangga di Indonesia cenderung berbelanja lebih banyak dengan jumlah perjalanan belanja yang lebih sedikit. Bahkan, mereka melakukan pembelanjaan lebih dari sekali dalam sehari, meskipun terlihat penurunan frekuensi berbelanja jika dibandingkan dengan tahun lalu. Pada tahun 2013, konsumen rumah tangga Indonesia dalam satu tahun berbelanja sebanyak 391 kali, sedangkan pada 2014 hanya berbelanja sebanyak 379 kali.
BACA JUGA: Terminal Teluk Lamong Sangat Wah, Ini Gambarannya
Masih terkait dengan industri FMCG ini, Kantar Worldpanel Indonesia juga memaparkan tren-tren menarik yang terjadi sepanjang 2014 dan diprediksi akan terus berlanjut pada tahun ini.
Pertama, banyaknya produk-produk konvenien siap saji, siap disantap serta mudah dikonsumsi dan digunakan, menjadi pilihan utama konsumen rumah tangga di Indonesia. Misalnya, kata Fanny, pembelian makanan beku meningkat sebesar 27% dibanding tahun sebelumnya dan berhasil menggaet 2 juta pembeli baru dalam setahun.
Tren berikutnya terkait dengan meningkatnya volume pembelanjaan untuk masing-masing kategori FMCG (upsizing). Misalnya, upsizing pada saus sambal berukuran diatas 250 ml dimana penetrasinya naik dari 17 persen menjadi 21 persen dari total rumah tangga di Indonesia. Kondisi ini menciptakan tingginya kompetisi pasar FMCG.
Karena itu, kata Fanny, wajar jika banyak produk inovatif yang ditawarkan para pemain FMCG. Kebanyakan inovasi tersebut fokus pada segi fungsi, rasa, pengemasan, dan ukuran. Di tahun 2014, tercatat lebih dari 600 merek baru yang di tawarkan yang didominasi oleh sektor makanan dan minuman.
Tak hanya itu, dengan berkurangnya frekuensi berbelanja tiap rumah tangga, pemain FMCG mulai lebih cermat dalam hal distribusi, ketersediaan barang, dan mempertahankan penempatan yang mudah diliat konsumen pada rak-rak retailer.
Dengan berbagai perubahan pola seperti dipaparkan di atas, menjadi pendukung semakin berkembangnya pasar modern dengan format kecil seperti supermarket, minimarket, dan convenience store. Ini terlihat dari banyaknya toko dan gerai yang dibuka di Jawa dan luar Jawa. Alfamart dan Indomaret, misalnya akan mempunyai lebih dari 10500 gerai di tahun 2015.
"Jika dibandingkan dengan tahun 2013, penjualan di Supermarket meningkat sebesar 24 persen, dan Minimarket sebesar 14%. Meski demikian, kondisi ini tak menutup peluang pasar modern untuk berkembang lebih luas. Apalagi, kontribusi pasar modern untuk produk FMCG masih sekitar 20 persen dari total produk FMCG di Indonesia,” paparnya.
Diyakinkan Fanny bahwa bahwa Indonesia masih merupakan pasar yang potensial untuk berinvestasi dengan beradaptasi dan berinovasi sesuai dengan keinginan pasar. (rl/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BNI Ikut Danai Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung
Redaktur : Tim Redaksi