jpnn.com - JAKARTA - Fenomena penyandang masalah sosial masyarakat (PMKS) kaya kembali ditemukan di Ibu Kota. Sebelumnya seorang pengemis diciduk di wilayah Jakarta Selatan ketahuan memiliki uang Rp 25 juta. Kemarin (11/3), seorang pemulung perempuan di Jakarta Pusat, diketahui memiliki uang Rp 18 juta.
Pemulung bernama Eli Muliawati, 40, yang terjaring razia Satpol PP di Jalan Bandengan Raya, Menteng, Jakarta Pusat. Semula petugas tak menyangka kantong plastik yang dibawanya itu berisi uang tunai. Setelah dievakuasi ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 3, Cengkareng, Jakarta Barat, Eli memberitahukan petugas tentang uangnya.
BACA JUGA: Beringin Sibuk Cari Pengganti Prya
Dia menyerahkan uangnya agar disimpan dengan aman. Eli ditangkap dalam keadaan kumal dan bau, kemudian dimandikan, rambutnya dipotong, dan diberi pakaian layak oleh petugas panti.Dari penampilannya itu siapapun tak bakal menyangka kalai Eli memiliki uang belasan juta.
BACA JUGA: Gerindra Mimpi Kuasai Jaksel
Uang itu berupa uang kertas pecahan Rp 2 ribu-Rp 100 ribu dalam kondisi baik dan pecahan logam yang rata-rata korosi dan berjamur.
Uang kertas tersebut dibendel jadi satu dengan digulung dan diikat karet berdasar nilai yang sama. Eli mengaku mengumpulkan uang itu setahun, pasca tertangkap razia dan dijebloskan ke panti yang sama tahun lalu. Uang itu katanya hasil penjualan barang-barang rongsokan dan dari pemberian orang-orang yang bersimpati kepadanya.
”Ada aja orang naik mobil yang ngasih di jalan. Kadang Rp 10 ribu kadang Rp 20 ribu, ungkap pemulung yang mengaku lahir di Madiun, Jawa Timur itu. Eli mengaku sehari-hari memulung barang-barang rongsokan di jalanan menggunakan gerobak yang dibelinya seharga Rp 1 juta.
BACA JUGA: Pimpinan Parpol Jakarta Kumpul, Minta Jokowi Tidak Nyapres
Kesehariannya memulung ditemani seekor anjing yang diberi nama Vivi. Anjing itu juga pernah menemaninya di panti saat tertangkap tahun lalu.
Eli memulung barang-barang seperti plastik, kaleng aluminium, dan kertas. ”Yang paling mahal kaleng aluminium, 1 kg laku Rp 8 ribu,” ucapnya juga.
Sehari rata-rata dia mendapatkan uang Rp 40 ribu. Terkadang dia belanjakan Rp 20 ribu membeli makanan. Namun dia berhemat, jika dia makan dari sisa makanan yang ditemukan di tempat sampah. ”Kadang saya tidak makan seharian, jadi uang utuh,” ungkapnya.
Perempuan yang mengaku pernah memiliki suami dan dua anak itu bercita-cita ingin membeli rumah dari uang yang dikumpulkannya.
Sementara itu, pekerja sosial bidang bimbingan dan penyuluhan Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 3, Dwi Ratih mengatakan sebelumnya Eli pernah masuk panti bersama anjingnya dan dibina selama 3 bulan. Dia akhirnya dibebaskan dengan salah satu pertimbangannya, panti tidak sanggup memelihara anjing miliknya.
”Mau dipulangkan ke kampung kasihan, soalnya dia tidak punya keluarga lagi,” urainya. Dia mengatakan Eli mengalami keterbelakangan mental namun tidak gila. Untuk itu dia tidak dirujuk ke Panti Laras yang khusus menampung PMKS gila.
”Dikatakan gila dia kalau ditanya bisa jawab. Tapi dari penampilannya dia kayak orang gila, kusam, kumal, dan bau,” kata Dwi.
Untuk itu kali ini dia berencana mengirimnya ke RS jiwa. Jika hasil diagnosa dokter menyatakan ada gangguan mental, maka keterangan itu bisa dipakai merujuknya ke panti laras. (dni)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Dijamin Tak Terlibat Proyek Transjakarta Karatan
Redaktur : Tim Redaksi