Wujudkan Ketahanan Pangan, Bulog Menjamin Rantai Pasok Beras

Sabtu, 22 Juni 2024 – 08:18 WIB
Ilustrasi stok beras Bulog. Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom dan pencetus teori keunggulan komparatif, David Ricardo, lewat bukunya Principles of Political Economy and Taxation, mengatakan bahwa negara sebaiknya berfokus pada produksi barang yang memiliki biaya peluang lebih rendah daripada negara lain.

Dengan berfokus pada produksi barang yang memiliki keunggulan komparatif, negara dapat meningkatkan efisiensi, margin keuntungan dan memperoleh hasil material yang lebih tinggi.

BACA JUGA: Begini Penjelasan Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi soal Demurrage Beras Bulog

Pemerintah melalui Perum Bulog, akan mulai menerapkan hal tersebut seiring dengan kerja sama ekonomi dan investasi pangan yang sedang dijajaki dengan Kamboja.

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan, hal ini bukan hanya tentang memperluas jangkauan geografis, tetapi mewujudkan keunggulan kompetitif ratai pasok sehingga ketahanan pangan dapat terwujud.

BACA JUGA: Bulog: Persediaan Beras di Papua Cukup Hingga 7 Bulan

“Kami siap melaksanakan penugasan tersebut, termasuk melakukan komunikasi dengan beberapa pelaku usaha beras di Kamboja," kata Bayu, dalam keterangannya, Sabtu (22/6).

Menjadi pemimpin rantai pasok pangan terpercaya adalah salah satu visi transformasi Perum BULOG yang dicanangkan baru-baru ini. Dengan 57 tahun pengalaman di distribusi pangan, Perum Bulog menjadi pemimpin rantai pasok pangan, terutama beras, di Indonesia.

BACA JUGA: Bahas Arus Logistik, Bea Cukai Perkuat Sinergi dengan Perum Bulog & Stranas PK

Namun, Perum Bulog kerap diterpa oleh berbagai isu, termasuk isu impor, kerja sama ekonomi dan investasi pangan. Hal ini dikarenakan masyarakat masih membutuhkan edukasi dan informasi yang mumpuni mengenai rantai pasok pangan.

Termasuk pada mekanisme ekspor impor yang terdapat istilah despatch dan demurrage, yang sedang menjadi perbincangan hangat di beberapa pemegang kebijakan pangan.

Pakar pangan Indonesia Tito Pranolo mengatakan, sebenarnya demurrage dan despatch adalah hal yang lumrah terjadi dalam penanganan barang impor.

Demurrage adalah denda keterlambatan bongkar, sedangkan despatch adalah bonus yang diberikan karena bongkar barang terjadi lebih cepat.

"Jadi, sebenarnya tidak lengkap membahas demurrage tanpa membahas despatch juga. Karena tentunya keduanya pernah dialami oleh Perum BULOG sebagai operator pelaksana penerima mandat impor beras dari pemerintah dan selama ini tidak pernah membebani masyarakat karenanya,” ungkap Tito Pranolo.

Tito menambahkan, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya demurrage. Termasuk keterlambatan kirim barang oleh pemasok maupun keadaan iklim.

Melalui berbagai upaya yang dilakukan, Perum BULOG menjamin dan memastikan rantai pasok pangan tetap terjaga demi ketahanan pangan nasional.

"Kami juga terus menerus meningkatkan pelayanan kami sehingga bisa berkontribusi lebih bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia yang tentunya sesuai dengan keempat visi transformasi kami,” tutup Sonya Mamoriska, Direktur Transformasi& Hubungan Antar Lembaga Perum BULOG. (ega/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler