YAICI Bersama PP Aisyiyah & PP Muslimat NU Ajak Masyarakat Pahami Penyebab Stunting

Minggu, 17 Desember 2023 – 12:20 WIB
YAICI bersama PP Aisyiyah, PP Muslimat NU dan para mitra, menggelar diskusi untuk membantu masyarakat memahami penyebab stunting pada di Jakarta, Kamis (14/12). Foto: dok Yaici

jpnn.com, JAKARTA -  Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama PP Aisyiyah, PP Muslimat NU dan para mitra, menggelar diskusi untuk membantu masyarakat memahami penyebab stunting pada di Jakarta, Kamis (14/12).

Ketua bidang advokasi YAICI, Yuli Supriati menyoroti kampanye penanganan stunting yang selama ini di gaungkan tidak berdasar pada persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.

BACA JUGA: Tekan Kasus Stunting, YAICI Edukasi Gizi Langsung ke Masyarakat

Yuli mengatakan stunting adalah ujung dari persoalan rendahnya literasi gizi masyarakat.

Literasi gizi atau pemahaman dan kesadaran gizi masyarakat mempengaruhi pola asuh dan pola konsumsi keluarga.

BACA JUGA: YAICI dan Dikdasmen Aisyiyah Beri Edukasi Gizi Untuk Ratusan Guru PAUD

Keluarga tanpa pemahaman gizi yang baik cenderung tidak memperhatikan asupan gizi anak, sehingga anak terbiasa mengkonsumsi makanan yang mereka suka, seperti makanan dan minuman dengan kandungan gula garam lemak yang tinggi.

Penelitian guru besar Muhammadiyah mencatat sebanyak 11,4 persen balita di Banten, 8,4 persen di DKI Jakarta dan 5,3 persen di DI Yogyakarta mengonsumsi kental manis.

Tidak hanya itu, 78,3 persen responden di Banten, 88,1 persen di DKI dan 95,2 persen di DI Yogyakarta memberikan kental manis kepada balitanya lebih dari satu sachet per hari.

Adapun faktor utama pemberian kental manis pada anak ini disebabkan oleh persepsi masyarakat di tiga wilayah ini yang masih menganggap kental manis adalah susu.

Penelitian sebelumnya juga menunjukkan balita secara alamiah sangat suka makanan manis, terlebih lagi ketika ada paparan gula tambahan di dalam makanan.

“Selama ini narasi mengatasi stunting adalah dengan ASI ekslusif. Ibu itu bukannya tidak mau memberikan ASI ekslusif untuk anaknya, tapi karena tidak mampu, karena bekerja, karena kondisi kesehatan dan ibu meninggal. Anak-anak yang tidak mendapat ASI ekslusif ini larinya ke kental manis,” jelas Yuli.

YAICI berkomitmen terus meningkatkan upaya edukasi, memperkuat pemahaman tentang gizi yang baik, dan bekerja sama dengan pemerintah daerah serta pihak terkait guna mengatasi akar permasalahan yang menyebabkan gizi buruk dan stunting.

"Seluruh stakeholder harus ama-sama bergerak mengatasi stunting," ucap Yuli.

Penata kependudukan dan KB ahli madya Dr Maria Gayatri SSi MAPS yang turut hadir dalam kesempatan itu mengatakan persoalan kental manis seharusnya mendapat perhatian lebih.

"Susu kental manis ini jarang sekali dibahas di BKKBN, nanti akan disampaikan ke pimpinan,” ujar Maria.

Menurutnya, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) saat ini sedang melakukan audit kasus stunting. Hal ini untuk mengetahui faktor-faktor resiko penyebab stunting.

Di sisi lain, Dokter anak RS Mayapada dr. Kurniawan Satria Denta, M.Sc, Sp.A mengakui bahwa fenomena literasi gizi cukup meresahkan.

“Di TikTok saya lihat, ada ibu-ibu memberikan kental manis untuk anak yang belum 1 bulan. Saat ibu-ibu lain melihat dan mereka tidak dibekali edukasi gizi yang cukup, bisa saja dia meniru perilaku ini. Ini menurut saya juga harus di atasi,” tegasnya.

Dokter Kurniawan menjelaskan salah satu kunci mencegah stunting adalah kualitas protein yang diberikan untuk anak.

“Protein yang paling baik adalah protein hewani, telur, ikan susu, ini jenis protein hewani yang tersedia di sekililing kita,” jelas dr. Denta.(mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Gizi   stunting   anak   Literasi   kesehatan  

Terpopuler