JAKARTA - Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Golkar, Tantowi Yahya mengatakan peristiwa kudeta di Mesir tidak akan pernah terjadi di Indonesia. Sebab hal itu bukan menjadi tradisi Indonesia.
"Kudeta tidak ada dalam sejarah kita dan juga bukan tradisi kita. Kita tetap menghormati proses pergantian kekuasaan yang konstitusional," kata Tantowi saat dihubungi, Kamis (4/7).
Hal senada juga disampaikan anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS, Mardani Ali Sera. Menurutnya, tidak mungkin terjadi kudeta di Indonesia. Sebab TNI berkomitmen dengan prinsip demokrasi.
"Dengan melihat kedewasaan pimpinan TNI selama ini, plus bertambah dewasanya politisi sipil, kecil kemungkinannya," kata Mardani.
Sedangkan Ketua Fraksi PKS, Hidayat Nur Wahid mengatakan kudeta di Mesir tidak akan terjadi di Indonesia. Sebab kedua negara itu memiliki latar belakang demokratisasi yang berbeda.
Dikatakan, proses demokrasi di Indonesia sudah menghadirkan fakta bahwa militer di Indonesia sudah tidak lagi melakukan Dwi Fungsi ataskesadaran sendiri. "Mereka tidak mau di parlemen dan hanya mengurusi tentang kemiliteran," ucapnya.
Indonesia menurut Hidayat, sudah terbiasa dengan demokrasi termasuk perbedaan dan persamaan pendapat.
Ia menerangkan, demokrasi Indonesia lebih lentur, kokoh, kuat dan lebih komunikatif. "Saya tidak yakin kalau adanya kemarahan besar yang bisa menghadirkan semacam gejolak politik yang menghasilkan pergantian rezim," pungkasnya. (gil/jpnn)
"Kudeta tidak ada dalam sejarah kita dan juga bukan tradisi kita. Kita tetap menghormati proses pergantian kekuasaan yang konstitusional," kata Tantowi saat dihubungi, Kamis (4/7).
Hal senada juga disampaikan anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS, Mardani Ali Sera. Menurutnya, tidak mungkin terjadi kudeta di Indonesia. Sebab TNI berkomitmen dengan prinsip demokrasi.
"Dengan melihat kedewasaan pimpinan TNI selama ini, plus bertambah dewasanya politisi sipil, kecil kemungkinannya," kata Mardani.
Sedangkan Ketua Fraksi PKS, Hidayat Nur Wahid mengatakan kudeta di Mesir tidak akan terjadi di Indonesia. Sebab kedua negara itu memiliki latar belakang demokratisasi yang berbeda.
Dikatakan, proses demokrasi di Indonesia sudah menghadirkan fakta bahwa militer di Indonesia sudah tidak lagi melakukan Dwi Fungsi ataskesadaran sendiri. "Mereka tidak mau di parlemen dan hanya mengurusi tentang kemiliteran," ucapnya.
Indonesia menurut Hidayat, sudah terbiasa dengan demokrasi termasuk perbedaan dan persamaan pendapat.
Ia menerangkan, demokrasi Indonesia lebih lentur, kokoh, kuat dan lebih komunikatif. "Saya tidak yakin kalau adanya kemarahan besar yang bisa menghadirkan semacam gejolak politik yang menghasilkan pergantian rezim," pungkasnya. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dosen Universitas Indonesia Diperiksa KPK
Redaktur : Tim Redaksi