jpnn.com, BEIJING - Tiongkok memang tak pernah berniat mengalah. Kemarin, Minggu (2/6) mereka mengeluarkan white paper atau dokumen pernyataan resmi. Di dalamnya disebutkan bahwa perang dagang tidak akan membuat Amerika Serikat kembali luar biasa seperti slogan yang dipakai Presiden AS Donald Trump dalam setiap kampanyenya. Justru itu akan merugikan perekonomian Negeri Paman Sam tersebut.
Biaya produksi bakal naik. Harga yang harus dibayar konsumen bakal meroket. Itu tentu mengancam pertumbuhan ekonomi AS. Karena itu, Tiongkok menawarkan dua skenario. Kembali ke meja pembahasan atau melanjutkan perang dagang sampai titik akhir.
BACA JUGA: Karet Gelang
Tapi, ada syaratnya. Negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping tersebut ingin diperlakukan setara. Juga, tak mau dirundung.
"Tiongkok tidak akan menyerah untuk masalah-masalah utama yang prinsip." Demikian bunyi pernyataan di dalam white paper.
BACA JUGA: Trump Gebuk Huawei, Tiongkok Hajar Petani AS
BACA JUGA: AS dan Tiongkok Perang Dagang Lagi, Ini Barang-Barang yang Harganya Bakal Melambung
Negeri dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu biasanya mengeluarkan white paper untuk menjelaskan respons mereka secara detail dan formal. Juga, untuk menegaskan bahwa pemerintah satu suara.
BACA JUGA: Tiongkok Setop Ekspor Bahan Baku Rudal, AS Dijamin Kelabakan
Tiongkok menambahkan tidak ingin bertarung dengan AS dalam perang dagang. Namun, jika diperlukan, mereka tidak akan takut. Sikap tersebut tidak akan berubah.
Tiongkok juga membahas tudingan bahwa pihaknya berubah sikap di detik terakhir perundingan. Mereka menegaskan bahwa dalam pembahasan perundingan, perubahan biasa terjadi. AS juga sering melakukannya. Kemauan Washington bahkan kerap berubah-ubah dan membuat perundingan perdagangan menjadi sulit.
"Ketika Anda memberi mereka 1 inci, AS menginginkan 1 yard," kata Wakil Menteri Perdagangan Tiongkok Wang Shouwen seperti dikutip AFP. Keinginan AS yang tinggi itu sampai masuk area yang dianggap Tiongkok sebagai intervensi kedaulatan. Beberapa media menyebut AS ingin Tiongkok membuka sepenuhnya akses internet di dalam negeri. Bukan pembatasan seperti saat ini. Beijing menolak.
Tiongkok berencana memasukkan beberapa perusahaan AS dalam daftar lembaga yang harus diwaspadai. Yang menjadi target adalah korporasi yang melanggar prinsip pasar dagang, memotong ataupun memblokir suplai untuk perusahaan Tiongkok, serta yang melakukan tindakan yang berimbas pada keamanan nasional Tiongkok. Wang tidak menyebutkan dengan pasti kapan data perusahaan-perusahaan yang masuk daftar hitam itu dirilis. Juga, belum dibuka tentang jenis sanksi yang bakal dijatuhkan untuk mereka.
Tindakan tersebut sepertinya dilakukan untuk membalas sikap AS kepada Huawei. Washington memasukkan Huawei dalam daftar hitam perusahaan yang wajib diwaspadai. Mereka juga melarang perusahaan milik negara bertransaksi ataupun memakai produk Huawei. Perusahaan AS juga dilarang menjual produknya ke Huawei.
Dalam dialog keamanan internasional di Singapura kemarin, Menteri Pertahanan Tiongkok Jenderal Wei Fenghe juga ikut buka suara terkait perang dagang. Intinya, Tiongkok siap berdialog. Tapi, AS harus kembali ke kesepakatan awal yang dicapai antara Xi dan Trump Desember tahun lalu. Yakni, tidak ada kenaikan tarif sebelum kesepakatan dicapai.
"Jika AS menginginkan diskusi, kami akan membuka pintu. Jika mereka ingin bertarung, kami siap," tegasnya.
Wei juga membahas masalah Huawei. Dia menegaskan bahwa Huawei adalah perusahaan swasta. Seharusnya ia tidak disangkutpautkan dengan kericuhan perdagangan AS dan Tiongkok saat ini. "Hanya karena petinggi Huawei pernah mengabdi di militer, perusahaan yang dibangunnya dianggap bagian dari militer," jelas Wei.
Perang dagang AS-Tiongkok tidak hanya membuat pusing dua negara yang terlibat. Dampaknya akan menyebar secara global. International Air Transport Association menegaskan bahwa perang dagang itu bisa berimbas pada pengiriman kargo dan transportasi penumpang lewat udara. (sha/c10/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Digebuk Donald Trump, Huawei Nekat Bertarung di Pengadilan AS
Redaktur & Reporter : Adil