jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Said Salahudin mengatakan, tidak mudah bagi Partai Hanura untuk mencari mitra koalisi baru jika konflik internal yang terjadi saat ini membuatnya keluar dari barisan pendukung Joko Widodo. Sebab, konflik internal justru akan membuat posisi tawar Hanura lemah.
"Di luar koalisi pemerintah, hanya ada dua blok politik lain yang dimotori Gerindra dengan sekutunya, PKS dan PAN. Kemudian blok Partai Demokrat yang punya kecenderungan ingin bergabung dalam koalisi Jokowi," ujar Said kepada JPNN, Jumat (19/1).
BACA JUGA: Belasan DPD Tetap Setia Dukung Oesman Sapta Odang
Masalahnya, kata Said, sudah menjadi rahasia umum bahwa pemimpin dua kubu yang berseteru di tubuh Hanura kurang akur dengan Prabowo Subianto sebagai lokomotif poros koalisi Gerindra. Baik itu kubu Oesman Sapta Odang (OSO) maupun Sarifuddin Sudding yang didukung Wiranto juga berseberangan dengan Prabowo.
"Oso cukup lama bersitegang dengan Prabowo. Misalnya, dilatari perselisihan kepengurusan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Sementara Wiranto memiliki sejarah perseteruan yang lebih panjang lagi dengan Prabowo sejak awal reformasi," tutur Said.
BACA JUGA: Yandri Susanto: Kalau Parpol Ribut kan tidak Elok
Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) itu mengakui, dalam politik memang tidak ada yang mustahil. Namun, Said meyakini dua kubu yang bertikai di Hanura tak akan bisa akur dengan Gerindra.
"Berdasarkan alasan-alasan ini saya kira konflik internal Hanura tidak akan sampai membuat presiden sakit kepala. Jokowi saya kira tidak memandang Hanura sebagai kunci. Bagi Jokowi, Hanura-lah yang memerlukan dirinya dan bukan sebaliknya," pungkas Said.(gir/jpnn)
BACA JUGA: KPU Ogah Pusing Dengan Konflik Hanura
BACA ARTIKEL LAINNYA... Utusan PM Jepang Temui Jokowi, Proyek Infrastruktur Dikebut
Redaktur & Reporter : Ken Girsang