jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Emrus Sihombing meyakini tak semua pendukung Basuki T Purnama yang lebih beken disebut Ahoker menentang keputusan Joko Widodo menggandeng KH Ma’ruf Amin sebagai pendamping untuk Pemilihan Presiden (Pilpres 2019). Menurut Emrus, tak ada manusia yang konstan karena pasti berubah sesuai fakta dan perkembangan yang ada.
"Ingat, tak ada sikap manusia yang konstan, tetap berubah. Jadi, sangat dinamis, tak bisa dikatakan harga mati terhadap sebuah pendapat, apalagi menyangkut Pilpres 2019," ujar Emrus kepada JPNN, Jumat (17/8).
BACA JUGA: Pentolan Alumni 212 Yakin Habib Rizieq Bakal ke Jokowi
Pengajar di Universitas Pelita Harapan (UPH) itu menambahkan, fakta lain menunjukkan Ahoker sama seperti organisasi sosial atau partai politik pada umumnya. Yaitu, selalu ada faksi-faksi karena perbedaan pandangan dalam menyikapi satu isu.
“Saya amati di ruang publik tak semua Ahoker setuju atau menolak. Sama seperti di parpol dan organisasi sosial, pasti di dalamnya ada faksi-faksi, tak ada jaminan mereka satu suara. Pikiran orang kan macam-macam," ucapnya.
BACA JUGA: Demi Keutuhan NKRI, Garuda Dukung Jokowi-Maruf Amin
Direktur Eksekutif EmrusCorner justru menyebut mayoritas Ahoker bakal mempertimbangkan tetap mendukung Jokowi, jika calon presiden (capres) petahana itu mampu menawarkan program untuk menyejahterakan masyarakat. Artinya, ujungnya tetap pada kembali kepentingan Ahoker.
“Dalam hal ini saya kira Jokowi sangat bagus. Dia merangkul semua pihak. Pemimpin yang baik itu kan merangkul berbagai kekuatan politik. Jadi, oposisi itu tak selalu menjadi musuh," ucapnya.
BACA JUGA: Pengakuan Mahfud Tak Akan Membuat Nahdiyin Tinggalkan Jokowi
Untuk diketahui, Ahok menjadi terpidana penistaan agama setelah sebelumnya ada fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait pernyataan Gubernur ke-15 DKI Jakarta itu soal Surah Almaidah jelang Pilkada DKi 2017. Saat itu, Ma’ruf Amin yang juga ketua umum MUI menjadi saksi memberatkan bagi Ahol.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tim Jokowi Harus Secepatnya Meredam Dampak Omongan Mahfud MD
Redaktur & Reporter : Ken Girsang