Yakinlah, Pilkada DKI Bagi Megawati Bukan Hanya Soal Menang-Kalah

Rabu, 14 September 2016 – 10:10 WIB
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com - JAKARTA - Sikap politik Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tentang calon yang akan diusung pada pilkada DKI Jakarta masih menjadi tanda tanya. Terlebih, PDIP sebagai partai yang memenuhi syarat untuk mengusung calon sendiri di pilkada DKI memang punya banyak pilihan.

Namun, Megawati diyakini tidak sekadar berpikir menang atau kalah dalam pilkada DKI. Berdasarkan penilaian Ketua Bidang Otonomi Daerah Seknas Jokowi, Nazaruddin Ibrahim, Presiden RI ke-5 itu pasti memikirkan kepentingan yang lebih besar ketimbang sekadar memenangi pilkada di ibu kota negara.

BACA JUGA: Sejak Mundur dari Jalur Independen, Dimyati Tak Bisa Dihubungi

“Bagi Bu Mega, pilkada DKI Jakarta tentu bukan hanya persoalan menang-kalah, siapa yang tertinggi elektabilitasnya atau berapa banyak keuntungan untuk menghadapi pemilu 2019. Tapi Megawati sedang  merawat Indonesia, merawat keberagaman yang telah dengan susah payah dibangun oleh ayahnya, Soekarno,” ujar Nazaruddin melalui layanan pesan singkat, Rabu (14/9).

Menurutnya, sangat disayangkan ketika kontestasi pilkada DKI justru menggulirkan kutub dukungan yang didasarkan pada ras dan agama. Yakni antara pihak pendukung Basuki T Purnama alias Ahok denga penolaknya.

BACA JUGA: Batal Maju Lewat Independen, Dimyati Bakal Dampingi Rano?

Karenanya Nazaruddin meyakini Megawati sedang berupaya keras menerjemahkan Trisakti dan merawat kebhinnekaan, termasuk agar jangan sampai kontestasi di pilkada DKI justru menumbuhkan fundamentalisme, radikalisme, ataupun fanatisme berlebihan tentang suku dan agama. “Megawati sedang berusaha membuang beban di pundaknya untuk mencegah arena kontestasi menjadi ajang tumbuh dan berkembangnya fundamentalis-radikal agama dan ras,” ulasnya.

Soal calon, kata Nazaruddin, bisa saja Megawati memutuskan untuk mengusung Ahok. Tapi jika Megawati mengusung Ahok, sambung Nazaruddin, maka ada implikasi serius.

BACA JUGA: RUU Pemilu, Presiden Jokowi Minta Akomodir Suara Masyarakat dan Parpol

Yakni pertentangan berbau SARA yang makin frontal karena arahnya hanya akan ada kubu pendukung Ahok dan penentangnya. “Pilihan ini merupakan pilihan buruk bagi keberlanjutan toleransi, keberagaman dan harmoni, juga merupakan ladang yang subur bagi tumbuh dan berkembangnya fundamentalis-radikal agama dan ras,” ucapnya.

Namun, kata Nazaruddin, ada juga kemungkinan Megawati mengusung calon lalin. Misalnya, mengusung kader PDIP yang juga wali kota Surabaya, Tri Rismaharini dan menduetkannya dengan Rizal Ramli yang juga mulai dilirik sejumlah partai politik.

Andai Megawati mengusung Risma, kata Nazaruddin, maka kemungkinan besar akan ada tiga kubu pasang calon. Yakni Ahok, Risma dan Sandiaga.

“Pilihan ini merupakan pilihan rasional dan mendorong kegairahan rakyat ikut dalam kegembiraan kontestasi. Mega bukan hanya telah memberikan pendidikan kepada rakyat tentang kepemimpinan tapi juga telah memutus mata rantai freerider (penumpang gelap, red) yang menggunakan pilkada sebagai media kontes fundamentalis-radikal,” ujar Nazaruddin.

Ia menegaskan, pilkada DKI jangan sampai justru menjadi kontestasi antara kubu pro-Ahok dengan anti-Ahok. “Tapi tentang kita, tentang Indonesia dan Jakarta yang mempunyai jiwa tempat wong cilik dapat hidup tenang dan berwajah humanis,” pungkasnya.(ara/jpnn)
 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gerindra Rekomendasikan Siapa di Pilkada Pekanbaru?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler