jpnn.com, TARAKAN - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu memberikan arahan kepada 300 anggota TNI di Lanud Anang Busra saat melakukan kunjungan kerja di Tarakan, (12/12). Dalam arahannya, Menhan mengatakan bahwa saat ini musuh negara yang dihadapi oleh anggota TNI dan Polri bukanlah dari negara lain, namun musuh dari dalam negara sendiri.
Rymizard menyampaikan untuk terjadinya konflik di kawasan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) saat ini sangat minim. Bahkan ia memprediksi hingga sepuluh tahun kemudian tidak akan ada terjadinya konflik dan mengakibatkan perang senjata antara negara di kawasan ASEAN.
BACA JUGA: MPR: Desain Ketatanegaraan Harus Sesuai Ideologi Pancasila
Apalagi saat ini negara di kawasan ASEAN sudah memiliki perjanjian untuk menempuh jalur perdamaian apabila terjadinya konflik. Beberapa negara yang menyepakati itu adalah Indonesia, Malaysia dan Filipina. Serta selalu menggelar latihan bersama, yang biasa disebut dengan Indomalphi.
“Kita di ASEAN sudah 51 tahun hidup damai dan tidak ada konflik. Jadi saya sekarang melihat tidak ada ancaman itu (perang antar Negara, Red),” ungkapnya.
BACA JUGA: Memajukan Indonesia Butuh Kecerdasan Kolektif
Meski ia menilai tidak adanya perang antar negara yang terjadi, namun kepada anggota TNI, Rymizard menyatakan saat ini sejumlah prajurit TNI dan Polri dihadapkan musuh dari dalam negara Indonesia sendiri. Seperti terorisme, pemberontakan dan narkoba.
Hal tersebut dapat terlihat dengan adanya beberapa kali serangan teroris yang terjadi di Indonesia tahun ini dan terjadinya pemberontakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua saat ini.
BACA JUGA: Antisipasi Potensi Ancaman dengan Sistem Pertahanan Semesta
“Ancaman yang nyata saat ini yaitu teroris ini yang berulang-ulang terjadi. Kemudian bencana alam, pemberontakan dan masalah perbatasan merupakan ancaman nyata saat ini,” imbuhnya.
Ia menyebutkan, dengan adanya ancaman dari dalam negara sendiri maka Rymizard mengharapkan khususnya kesiapan anggota TNI dalam menghadapinya. Meski ancaman dari dalam merupakan ancaman yang nyata saat ini sering terjadi, ia meminta kepada anggota TNI untuk selalu siap dan bersama dengan Polri untuk dapat menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Jadi semua harus melaksanakan tugas negara. Polisi berbuat apa dan tentara berbuat apa, itu tugas dan tanggung jawab kita semua,” bebernya.
Terhadap para prajurit TNI, Ryamizard juga mengungkapkan, saat ini perang dari dalam negara yang nyata yaitu perang terhadap pihak yang mengubah ideologi negara Indonesia. Dipaparkannya, ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila, merupakan salah satu dasar negara yang harus dipertahankan. Terlebih lagi saat ini pihak yang ingin mengubah ideologi negara sudah muncul secara terang-terangan.
“Salah satunya sisa-sisa PKI yang sudah bermunculan dan itu banyak. Kalau dibiarkan maka akan makin besar, jadi tugas kita sebagai TNI dan Polisi untuk menghentikan,” tegas Rymizard.
Ditambahkannya, menjelang Pemilu 2019 mendatang ia juga mengharapkan netralitas dan profesional harus ditunjukkan oleh semua anggota TNI. Ia meminta kepada prajurit TNI yang ada di Kaltara untuk selalu bersama Polri menjaga agar Pemilu 2019 bisa berjalan dengan aman dan damai. “Tunjukkan kalau TNI itu profesional dan ikuti aturan yang ada,” ucapnya.
Sementara kepada sejumlah awak media, Ryamizard mengungkapkan, ia selaku Menteri Pertahanan sangat berwenang untuk menyampaikan keamanan dan situasi negara saat ini. “Saat ini memang teroris, pemberontakan dan narkoba yang harus kita waspadai,” tuturnya.
Saat disinggung mengenai alat utama sistem senjata (alutsista) yang ada di Kaltara, ia menyebutkan saat ini masih belum maksimal. Namun pihaknya berusaha akan memaksimalkan untuk ke depannya. “Paling tidak harus ada drone biar bisa melihat perbatasan. Kemudian patok berbatasan harus ada sinyal biar tidak berubah,” pungkasnya. (zar/eza)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Boni: Politik Identitas di Indonesia Sudah Kebablasan
Redaktur & Reporter : Soetomo