Yang Laki-laki Skrotumnya Menghitan, yang Perempuan Kencing Nanah

Minggu, 24 Januari 2016 – 10:29 WIB
Ilustrasi. JAWA POS

jpnn.com - DIREKTUR Yayasan Embun Surabaya Joris Lato mengakui, saat ini banyak remaja, bahkan anak-anak, yang sudah pernah melakukan seks bebas. Beberapa di antaranya malah kecanduan dan akhirnya terjangkit IMS. 

"Tapi, ada juga yang karena korban kejahatan seksual, akhirnya terkena IMS," ujar pria yang kerap menjadi pendamping anak-anak dengan pergaulan bebas itu. 

BACA JUGA: Saya Merasa Gimana Gitu Kalau “Main” Sama Pelaut

Dari beberapa anak yang pernah masuk Yayasan Embun, jenis IMS yang diderita macam-macam. Yang laki-laki sering terkena IMS pada bagian skrotumnya hingga menghitam. Yang perempuan terserang kencing nanah. "IMS itu identik dengan penyakit memalukan," jelasnya. 

Karena tergolong memalukan, anak-anak itu tidak berani bercerita kepada orang terdekat, terutama orang tua. Kebanyakan remaja dengan IMS juga tumbuh di kalangan keluarga broken home. "Misalnya, bapak dan ibunya sudah menikah dengan orang lain lagi. Jadi, anaknya dititipkan ke mbah yang membiarkan cucunya," ujar Joris.

BACA JUGA: Fenomena Seks Bebas Remaja yang Berujung Petaka

Menurut dia, remaja yang menderita IMS harus mendapat dukungan keluarga. Sebab, support tersebut membuat anak berobat dan bertobat. Jika tidak, anak-anak itu tetap menjalankan aktivitas seks yang bisa me­ngakibatkan mereka terjangkit penyakit lebih mematikan seperti HIV/AIDS. 

"Yang paling penting, anak-anak itu jangan sampai putus sekolah. Kalau telanjur, didukung sekolah lagi sambil melatih keterampilan dan membimbing mereka," ucapnya.

BACA JUGA: Khusus untuk Pria yang Ingin Memuaskan si Dia

Ketua Hotline Pendidikan Surabaya Isa Ansori menambahkan, tahun lalu ada 385 kasus anak yang ditanganinya. Sebanyak 135 anak mengalami kekerasan seksual. Banyak juga yang menderita penyakit menular seksual. Akibatnya, ada yang terjun ke dunia prostitusi. "Biasanya karena masalah kemiskinan. Mereka bisa mendapatkan uang dengan instan," ujarnya.

Di antara ratusan anak yang mendapat pendampingan itu, hanya 30 persen yang berhasil kembali mengejar masa depan. Yakni, dengan menempuh pendidikan lagi setelah putus sekolah. "Ada yang bisa berkuliah di Unair jalur prestasi," ucapnya.

Isa menyebutkan, perlu dukungan banyak pihak untuk mengembalikan kepercayaan diri remaja penderita IMS. Mulai pendampingan lembaga sosial, pendekatan ke keluarga, hingga peran pemkot. Menurut dia, Surabaya sebenarnya sudah memiliki perda perlindungan anak. Tinggal penegakannya. "Supaya anak benar-benar terlindungi. Sampai sekarang masih banyak anak yang menjadi korban," katanya. (nir/lyn/c7/fat/mas)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Berkunjung ke Perbatasan Indonesia yang Terburuk


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler