Yang Ngaku Antimainstream Baca Ini! Rururadio, Radio Nirkabel Berbasis Komunitas

Rabu, 15 Juli 2015 – 18:21 WIB
PENDENGAR TERBATAS: Narpati Awangga dan Arie Dagienkz di depan Studio Rururadio, radio komunitas, di Jakarta. (Dhimas Ginanjar/Jawa Pos)

jpnn.com - Berangkat dari kegiatan iseng siaran di sela menjaga Ruru Shop, aktivitas cuap-cuap di depan laptop itu berkembang serius lima tahun kemudian. Sebagai salah satu pionir radio streaming yang berbasis komunitas, Rururadio kini menjadi jujukan bertanya komunitas-komunitas dari seluruh Indonesia.

 

BACA JUGA: Perca, Rumah Besar Perempuan WNI Bersuami WNA

Diar Chandra, Jakarta

--------------------------------------------

BACA JUGA: Martunis, Rindu Aceh Terbawa Mimpi

RATUSAN orang hilir mudik di depan rumah bercat putih di Jalan Tebet Timur Dalam Raya No 6 Minggu sore lalu (12/7). Ada yang menenteng meja lipat lalu menggelar dagangan keripik, ada yang membuka lapak pakaian bekas, ada yang berjualan kaset serta vinyl (piringan hitam), ada pula yang menjual majalah LIFE dan National Geographic edisi lawas.

Adanya holymarket, sebutan untuk pasar tiban menjelang Idul Fitri, membuat mobil dan motor yang melintas di depan rumah tersebut harus memperlambat lajunya. Beberapa penumpang mobil membuka kaca sambil melongok adakah yang bisa dibeli di pasar tumpah itu.

BACA JUGA: Muhammad Sobirin, Penggagas Masjid Keliling di Bandung

Holymarket yang digelar dua hari, 11-12 Juli, menjadi jujukan anak muda ibu kota yang mengaku anti-mainstream. Apalagi, saat-saat menjelang berbuka puasa, sejumlah band indie secara bergantian tampil di panggung mini di halaman rumah yang jadi markas Ruang Rupa itu. Ruang Rupa adalah organisasi seni rupa kontemporer yang didirikan sekelompok seniman Jakarta pada 2000. Salah satu jenis chapter kegiatan Ruang Rupa adalah Rururadio (Ruang Rupa Radio).

Dirintis pada 2010, Rururadio kini memiliki studio sendiri di salah satu sudut halaman kompleks Ruang Rupa. Di studio berukuran 2 x 4 meter itu, Rururadio menawarkan ’’hiburan’’ alternatif via radio streaming bagi pendengarnya.

”Bikin radio sekarang gampang banget. Tinggal download program, lalu taruh komputer, sudah bisa siaran, cuap-cuap sesukanya, dan muter lagu. Kami nggak nyangka dari kegiatan iseng itu kini jadi seperti ini,” ucap Arie Dagienkz, station manager sekaligus penyiar Rururadio.

Menurut pria yang bernama asli Arie Aprieludy tersebut, sejak Rururadio diperkenalkan secara resmi pada 1 Februari 2015, respons yang diterima sangat bagus. Dengan batasan 500 orang yang bisa menikmati streaming di rururadio.org, kuota tersebut hampir setiap hari menyentuh angka 400 pendengar.

Pada awal keberadaannya, Rururadio hanya bermodal sebuah laptop. Kini, lima tahun berjalan, selain punya studio, merekapunya mixer, 1 set komputer, dan 2 set turntable. ’’Jangan lupa, studio kami sekarang ber-AC, lho,” ujar Arie berpromosi.

Saat mengudara, Rururadio menjaga kualitas suara yang dikirimkan dengan bitrate 128 Kbps. Hasilnya, suara tetap bagus dan pendengar tidak harus menyediakan kuota internet banyak saat tidak berada di jangkauan unlimited wifi.

Hitungan kasar dengan bitrate tersebut, mendengarkan Rururadio dalam satu menit akan menghabiskan kuota sekitar 960 KB. Dalam satu jam berarti dibutuhkan sekitar 56,25 MB.

’’Tapi, pernah jebol juga kalau lagi live streaming satu acara. Misalnya Sabtu lalu (11/7), pas Efek Rumah Kaca main di secret gigs. Yang dengar sampai 3 ribuan orang. Kalau sudah gitu, kami menyerah dan akhirnya minta maaf di Twitter karena memang bandwidth-nya cuma segitu,” tutur Arie.

Memang pernah ada usul untuk menambah bandwidth agar bisa didengar sampai seribuan orang. Namun, karena pertimbangan biaya dan mengejar stabilitas pendengar, manajemen memilih tetap bertahan dengan 500 pendengar saja.

”Sementara segitu dulu,” ujarnya.

Untuk menjaga hubungan intim dengan pendengarnya, berbagai program diadakan. Mereka juga melayani komunikasi dengan pendengar via Skype atau video call Line.

’’Pendengar Rururadio punya panggilan khusus skoy. Saya lupa bagaimana sapaan itu bisa muncul. Kayaknya spontanitas,’’ papar Arie yang ikut membidani radio komunitas tersebut lima tahun lalu.

Seperti namanya yang nge-slank, para penyiar Rururadio pun dikenal kocak-kocak dan asyik. Selain Arie, ada Gilang Gombloh, Adjis Doaibu, dan Popo. Kadang juga didatangkan penyiar tamu seperti Vincent Club 80’s atau Vincent Rompies serta vokalis band The Upstairs, Jimi Multhazam.

Di antara program-program acara Rururadio, acara karaoke bareng artis termasuk paling heboh. Di acara itu, para personel band-band indie ibu kota diundang ke studio Rururadio untuk diminta berkaraoke lagu-lagu milik orang lain. Lantaran mereka tidak biasa menyanyikan lagu itu, muncul kelucuan-kelucuan.

’’Kalau dia vokalis, kita minta nyanyi lagu pop. Kalau penyanyi rock, kita suruh dia karaoke lagu dangdut. Pokoknya kita acak-acak mereka di Rururadio. Biasanya mereka justru suka dengan gaya begitu dan minta diundang lagi ke sini,” tutur Arie, lalu tertawa.

Saking banyaknya penggemar, program karaoke artis itu, kata Arie, sudah ditawar salah satu stasiun radio terkenal ibu kota untuk di-take over. Namun, Arie dan pihak Rururadio menolak meski angka yang disodorkan cukup tinggi.

Waktu prime time Rururadio pukul 19.00 sampai 00.00. Pernah ada tamu dadakan seperti Band Mocca, siaran Rururadio pun berlanjut sampai dini hari, pukul 02.00. Padahal, pukul 09.00 radio harus siaran lagi.

Menurut Direktur Rururadio Narpati Awangga atau yang lebih akrab disapa Oomleo, Rururadio berusaha mengembalikan keintiman radio dan pendengarnya dengan program off air. Di antaranya dengan Radio of Rock. Mereka band-band indie Jakarta yang manggung di satu lokasi yang tak terduga. Konsep panggungnya pun sederhana. Hanya ada alat band dengan amplifier yang suaranya tak seberapa mengentak. Lantas, publikasi yang dilakukan hanya lewat Twitter atau info getok tular. Bagi yang tak bisa datang langsung, Rururadio pun menyiarkan secara streaming.

Setelah manggung, personel band-band itu biasanya ganti menjadi penonton bagi band lain yang tampil. Dengan tak ada batas antara artis dan penonton, suasana menonton acara off air Rururadio menyenangkan dan selalu ramai.

”Kami sedang mematangkan acara Radio of Rock untuk beberapa kota di Jawa tahun ini. Mungkin ada lima kota yang kita kunjungi. Kita akan membawa band-band seperti White Shoes and The Couples Company, Goodnight Electric, The Upstairs, dan sedang diusahakan band Efek Rumah Kaca,” ujar Oomleo.

Seperti dalam film Almost Famous, para personel band-band itu akan tur ke kota-kota di Jawa dengan bus yang dirancang khusus. Selain bus yang mengiringi, pihak Rururadio akan membawa merchandise untuk dijual di titik-titik pementasan.

Lantas, dari mana dana operasional untuk menjalankan Rururadio? Menurut Oomleo, ada salah satu funding yang percaya dengan proses kreatif kru Rururadio. Dalam setahun, funding memberikan uang segar per event yang diusulkan, lalu dijalankan. Besarnya Rp 20 juta–Rp 100 juta untuk per event yang diselenggarakan.

’’Semula kita sih patungan. Karena kita kan seniman dan punya karya. Kalau ada karya kita yang laku, perlu ada yang disisihkan untuk Rururadio. Sekarang alhamdulillah semuanya sudah lebih baik,” tutur Oomleo. (*/c10/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Raju Sena, Surfer Remaja Asal Bali yang Mulai Go International


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler