Yang Tewas Diduga Pemulung

Fasilitas Stadion pun Rusak

Senin, 27 Desember 2010 – 08:11 WIB
TEWAS: Salah seorang pendukung Timnas Indonesia tewas saat pembelian tiket final AFF 2010 berlangsung di loket utara TVRI, Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu 26 Des 2010. Foto: Muhammad Amjad/ Jawa Pos

JAKARTA -- Kericuhan, rupanya, tak pernah bisa dilepaskan dalam penjualan tiket leg kedua final Piala AFF 2010 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK)Bedanya, kemarin (26/12) kerusuhan semakin parah karena juga berimbas pada rusaknya fasilitas stadion termegah di Indonesia tersebut.

Penyebabnya, kebijakan penjualan tiket kategori III berubah dan berbeda daripada penjualan tiket ketegori I dan II pada 23-24 Desember lalu

BACA JUGA: Gol Pertama Kacaukan Segalanya

Kemarin panitia mengalihkan penjualan tiket sampai ke dalam stadion
Awalnya penjualan hampir sama dengan hari-hari sebelumnya

BACA JUGA: Diteror Sinar Laser, Garuda Takluk

Namun, antusiasme calon pembeli yang semakin besar membuat panitia berpikir ulang
Sempat terjadi beberapa kericuhan di beberapa titik loket yang dibuka

BACA JUGA: El Loco Tak Bikin Gol, Garuda Kalah 0-3



Bahkan, karena tingginya animo, beberapa calon pembeli mengantre sejak Sabtu lalu (25/12)Mereka rela menginap di depan loket agar tidak kehabisan tiketKeributan mulai terjadi sejam sebelum loket dibuka pada pukul 10.00

Saat itu para calon pembeli tiket terlihat mendapatkan kupon antrean dahuluTapi, jumlahnya kurang dari jumlah para pengantreKendati demikian, penjualan tiket tetap dilanjutkan sampai terjual beberapa ratus lembar.  Nah, saat ada beberapa penonton yang merasa bakal tak kebagian tiket, mulai terjadi aksi dorongTak ayal, beberapa orang lemas karena terjepit sehingga memilih keluar dari antrean walaupun sudah menunggu mulai malam

Pembukaan loket juga sempat tertunda karena di sekitar loket ada seorang laki-laki yang ditemukan tewasNamun, identitasnya tidak diketahuiDiduga, dia adalah salah seorang pengantre tiketSebab, saat ditemukan, dia memakai baju tim nasionalTapi, Uceng, salah seorang petugas kemanan di stadion, menyangkalDia mengatakan bahwa lelaki yang berusia sekitar 50 tahun tersebut pemulung."Saya kira dia pemulungItu lihat di sampingnya, ada karung berisi botol plastik bekas," katanya meyakinkan.

Meskipun demikian, para pengantre tidak terganggu dan tetap berkonsentrasi untuk mengantrePuncaknya, mereka meneriakkan cacian kepada PSSI dan aksi lempar botol mineral pun terjadi

Saat suasana semakin tidak kondusif, panitia akhirnya mengambil inisitif memecah kerumunan massaCaranya, calon pembeli yang sudah mendapatkan kupon antrean langsung diarahkan untuk dapat membayar tiket di dalam area SUGBK melalui pintu VIII.

Melihat panjangnya antrean, panitia mengubah kebijakan, satu penonton hanya dapat membeli satu tiket dari yang awalnya bisa membeli limaPenjualan pun mulai dilakukan dengan posisi pembeli ditempatkan di tribun sektor 19 dan penjual tiket berada di balik pagar alias sisi dalam stadion.

Karena khawatir tidak kebagian tiket, calon pembeli tidak sabarMereka merengsek ke pagar dan berebut untuk mendapatkan tiket terlebih dahuluPagar akhirnya jebol karena dorongan yang begitu kuatKontan para calon pembeli langsung semburatBeberapa pengantre bahkan berhasil merampas sekantong tiket dari penjual yang diserbu

Sebagian lagi yang kesal karena tidak mendapatkan tiket melapiaskannya dengan masuk ke lapangan dan meminta panitia segera mengakomodasi merekaKericuhan baru bisa dihentikan setelah petugas kemanan masuk stadion dan menertibkan para pembeli tiketDi sisi lain, panitia menjamin bahwa tiket masih ada.

Karena aksi brutal calon pembeli tiket tersebut, 30 ribu tiket yang akan dijual akhirnya tidak bisa disebar seluruhnya.  "Total hanya sekitar 18.000"19.500 yang terjual hari ini (kemarin, Red)Jadi, sisa lebih dari 10 ribu lembar lainnya akan langsung kami distribusikan untuk fans (kelompok suporter) saja," terang Joko Driyono, ketua panpel lokal.

Dia menolak disalahkan jika langkahnya, yakni membagi tiket sampai ke dalam SUGBK, menjadi penyebab kerusuhanMalah, dia menganggap bahwa calon pembeli yang tidak tertib dan mengabaikan aturan panitia membuat suasana tidak kondusif"Kami ingin memecah antrean karena bisa membuat pengantre berbahaya karena berdesak-desakanTernyata mereka tetap saja seperti itu," ujar pria berkacamata tersebut(aam/c10/diq)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiket Rusuh, Suporter Mulai Was-Was


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler