YLKI: Warga DKI Jangan Kendur di Masa Transisi

Kamis, 04 Juni 2020 – 21:18 WIB
Warga yang mewaspadai virus corona menggunakan masker wajah. Foto : Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengimbau warga Jakarta jangan kendur dalam memutus mata rantai Covid-19, apalagi euforia memasuki masa transisi ini sebelum ke kehidupan new normal.

"Perilaku yang euforia justru akan memicu kemunduran (setback) dari upaya pengendalian Covid-19 di Jakarta, yang sedikit banyak mengalami penurunan," kata Tulus, Kamis (4/6).

BACA JUGA: YLKI Desak Pemerintah Segera Lakukan Lockdown

Dia menambahkan, aparat dan petugas lapangan harus serius dan konsisten dalam melakukan upaya pengawasan dan penegakan hukum selama masa transisi ini.

Tulus menegaskan, jangan sampai semangat petugas kendur pula. Bahkan seharusnya lebih semangat dan jangan segan-segan untuk memberikan sanksi bagi pelanggar. 

BACA JUGA: Keren! LIPI Ciptakan Masker Bisa Bunuh Virus Corona

YLKI meminta semua pihak, baik masyarakat, aparat pemerintah dan juga sektor usaha harus bahu-membahu membereskan wabah Covid-19 di Jakarta khususnya dan Indonesia umumnya.

Faktanya, upaya pengendalian Covid-19 di Indonesia selama 3 bulan terakhir dirasa masih kurang menghasilkan kerja yang optimal.

BACA JUGA: MUI DKI Persilakan Masjid dan Musala Gelar Salat Jumat, Besok

Hal itu lantaran kurang serius, kurang koordinasi dan sinergi antarinstitusi. Di samping perilaku masyarakat yang cenderung longgar, kurang mengindahkan standar protokol kesehatan.

"Kita semua tentu sudah bosan selama tiga bulan terkurung di dalam rumah, bekerja di rumah, belajar di rumah. Masyarakat pun sudah megap-megap karena kantongnya makin menipis, sementara bantuan logistik pemerintah sangat tidak cukup," tuturnya.

Namun, jangan ada lagi sikap kendur dalam upaya memberantas wabah Covid-19.

Lanjut Tulus, kita semua harus bersiap menyongsong kenormalan baru tetapi jangan mengendurkan sedikit pun standar protokol kesehatan. Kecuali kita ingin setback dan memicu serangan gelombang kedua yang lebih parah.

"Jika hal ini yang terjadi ongkos sosial ekonominya akan sangat besar. Boleh jadi perpanjangan PSBB adalah pil pahit bagi sektor usaha dan ekonomi, tetapi akan lebih pahit lagi jika pengendalian wabah Covid-19 ambyar di tengah jalan," pungkasnya. (esy/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler