Yoppy Rosimin: Pahlawan Bulutangkis Indonesia tidak Lahir Secara Instan

Jumat, 13 November 2020 – 19:03 WIB
Suasana bincang media virtual bertajuk "Perjuangan Klub dalam Melahirkan Pahlawan Bulutangkis Indonesia", pada Kamis (12/11). Foto: dok pri untuk jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Bulutangkis memiliki makna besar bagi masyarakat Indonesia sebagai cabang olahraga kebanggaan nasional yang menghasilkan prestasi di kancah dunia.

Bulutangkis mampu menyatukan masyarakat Indonesia yang terdiri dari banyak suku. Melalui cabang olahraga ini, sudah tak terbilang lagi nama pahlawan bulutangkis yang berjuang bagi ibu pertiwi.

BACA JUGA: Tepergok Mencuri HP, Residivis Ini Ternyata Punya Hobi Lain, Mengintip Mahasiswi Mandi, Nih Lihat

Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan, PB Djarum dan PB Jaya Raya menggelar bincang media virtual bertajuk "Perjuangan Klub dalam Melahirkan Pahlawan Bulutangkis Indonesia", pada Kamis (12/11).

Pada bincang media ini hadir sebagai narasumber Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin, Ketua Harian PB Jaya Raya Imelda Wigoena, serta dua pebulutangkis ganda putra nasional, Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan.

BACA JUGA: Detik-detik Perampok Berjaket Ojol Todongkan Senjata ke Pegawai SPBU, Videonya Viral

Yoppy menuturkan, pahlawan bulutangkis Indonesia tidak lahir secara instan. Ada peran besar klub dalam proses pencarian hingga pembentukan bakat pemain, sehingga kelak dapat berjuang di kejuaraan internasional.

"Di PB Djarum, kami melakukan dua sistem perekrutan yaitu audisi umum dan audisi khusus. Audisi Umum formatnya kami datang ke kota-kota di Indonesia. Sementara audisi khusus, kami melihat jika ada calon atlet yang bagus, akan kami ajak untuk tes di Kudus selama dua hingga tiga hari," ujarnya.

BACA JUGA: Indonesia Kirim Pelatih Silat dan Bulutangkis ke Suriname

Hal senada juga disampaikan Imelda, yang berhasil meraih gelar juara All England 1979 di nomor ganda campuran bersama Christian Hadinata. PB Jaya Raya, lanjutnya, menggelar seleksi atlet sebanyak dua kali dalam satu tahun. Selain itu, klub bulutangkis yang bermarkas di kawasan Bintaro, Jakarta ini, melakukan "jemput bola" ke klub-klub di daerah untuk mencari bakat pebulutangkis belia.

"Jika tekniknya bagus kemudian fisiknya hebat, tentu klub tertarik untuk membina si atlet. Tapi saya menitikberatkan pada masalah mental si atlet pada saat perekrutan, karena ini bukan hal yang mudah dan harus menjadi perhatian khusus," paparnya.

Dimulai dengan proses pencarian bibit berbakat ini, klub mulai mengasah kemampuan dan mental atlet yang kelak akan membela Indonesia di kancah dunia. Untuk itu, baik Yoppy maupun Imelda sepakat, klub merupakan pondasi dalam mencetak pahlawan bulutangkis Indonesia.

Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan adalah bukti nyata pebulutangkis binaan PB Djarum dan PB Jaya Raya yang merajai gelanggang ganda putra.

"Hendra dan Ahsan itu contoh di depan mata. Pada saat semuanya kalah di kejuaraan dunia, mereka berdua jadi penyelamat. Kemudian di luar lapangan, publik pun menaruh hormat terhadap keduanya. Mereka adalah pahlawan bulutangkis indonesia," Yoppy, menjelaskan.

Ahsan bersyukur mendapat kesempatan untuk membela Merah Putih di panggung dunia. Meski diakui pebulutangkis kelahiran Palembang ini, tanggung jawab yang besar tersemat di atas pundaknya.

“Pasti bangga bisa ikut berjuang untuk Indonesia. Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan itu, meski sudah berlatih bertahun-tahun," jelasnya.

Hal senada juga diutarakan oleh Hendra. "Saya setuju dengan Ahsan, selain pengalaman bertanding, untuk atlet bulutangkis yang nomor satu adalah mental karena itu penting terutama ketika membela nama bangsa," ujar Hendra, menimpali komentar pasangannya di lapangan bulutangkis tersebut.

Faktor mental dan jam terbang yang membuat "The Daddies" --julukan bagi ganda putra ini-- menjadi kampiun di berbagai kejuaraan dunia. Hendra mengingat kenangan manis, kala menjuarai Kejuaraan Dunia 2015 di Istora Senayan, Jakarta, setelah mengalahkan wakil China, Qiu Zihan/Liu Xiaolong.

"Kemenangan ini merupakan kado manis bagi Indonesia, karena kami meraih gelar juara sehari sebelum hari kemerdekaan Indonesia," ungkap Hendra.

Sementara itu, kemenangan manis lainnya ialah ketika Ahsan/Hendra berhasil meraih gelar juara All England 2019. Kemenangan di kejuaraan bergengsi ini bagi Ahsan merupakan titik balik untuk merentas prestasi di berbagai kejuaraan lainnya.

"Di All England ini kami benar-benar dari bawah. Dan gelar juara ini seperti menjadi titik balik bagi kami berdua. Kita jadi memiliki keyakinan lagi untuk mengejar gelar juara di kejuaraan-kejuaraan dunia lainnya," katanya.

Ahsan/Hendra adalah dua pahlawan bulutangkis Indonesia. Namun apa makna pahlawan bagi keduanya? "Setiap orang yang membawa nama baik Indonesia, menurut saya, dapat disebut sebagai pahlawan, baik olahraga, pendidikan, maupun bidang-bidang lainnya," kata Hendra.

Senada dengan koleganya, Ahsan berujar, "berjuang, di bidang apa saja buat Indonesia. Kebetulan kami berdua, angkat raket ikut berjuang untuk Indonesia."

Ahsan dan Hendra merupakan dua nama dari banyaknya pahlawan bulutangkis Indonesia. Yoppy bertutur, klub - klub bulutangkis di Indonesia takkan pernah berhenti berjuang mencari bakat terbaik yang kelak menjadi pahlawan bulutangkis di masa mendatang.

BACA JUGA: Disergap Pria Bercelurit di Kawasan Perkebunan, Dua Wanita Muda Pasrah, Terjadilah

"Mendidik atlet-atlet yang tangguh itu gampang-gampang susah. Ada yang sudah memiliki talenta yang bagus, lalu tinggal diasah oleh klub. Tetapi ada juga yang perlu di asah sejak dini. Bukan berarti tidak bisa, tetapi jalanya berlika-liku, sangat berat, dan berbagai macam jalan harus ditempuh untuk menghasilkan atlet berkualitas. Tentunya, ini merupakan perjuangan nyata klub agar selalu melahirkan pahlawan bulutangkis bagi Indonesia," Yoppy menjelaskan.(dkk/jpnn)


Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler