jpnn.com, AMMAN - Pangeran Yordania yang terasing, Hamza, menolak tunduk kepada perintah militer yang telah menempatkannya dalam tahanan rumah dan berjanji akan terus berkomunikasi dengan dunia luar. Hal itu disampaikannya lewat pesan suara yang dirilis Senin (5/4).
Saudara tiri Raja Abdullah dan mantan ahli waris takhta Yordania itu mengatakan dalam rekaman yang dirilis oleh kelompok oposisi negara itu bahwa dia tidak akan patuh setelah dilarang untuk berkegiatan apa pun dan disuruh diam.
BACA JUGA: Yordania: Tindakan Israel Hari Ini Memprovokasi Perasaan Seluruh Muslim
"Saya akan bertindak dan tidak akan mematuhi ketika mereka memberi tahu tidak boleh keluar atau membuat cuitan (di Twitter) atau menghubungi orang-orang dan hanya diizinkan untuk melihat keluarga," kata Pangeran Hamza dalam rekaman yang dia sebarkan ke teman-teman dan kontaknya.
Pada Sabtu (3/4), kelompok militer Yordania memperingatkan Pangeran Hamza atas tindakan yang dinilai merusak "keamanan dan stabilitas" di Yordania, negara yang merupakan sekutu utama Amerika Serikat.
BACA JUGA: Intel Yordania Selamatkan Diplomat Israel dari Serangan Teroris
Pangeran Hamza kemudian mengatakan dia sedang berada dalam tahanan rumah. Beberapa tokoh terkenal lain Yordania juga ditahan.
Para pejabat Yordania pada Minggu (4/4) mengumumkan bahwa Pangeran Hamza telah berhubungan dengan orang-orang yang memiliki kontak dengan pihak asing dalam rencana untuk mengguncang Yordania, dan dia telah diselidiki selama beberapa waktu.
BACA JUGA: Yordania Bergolak, Militer Ancam Adik Tiri Raja
Tidak jelas mengapa pihak kerajaan Yordania memutuskan untuk menindak Pangeran Hamza sekarang, tetapi Hamza sebelumnya menempatkan dirinya dalam risiko dengan sering menghadiri pertemuan suku. Dalam pertemuan, ada sejumlah orang yang mengkritik raja.
Para pejabat Yordania mengatakan bahwa upaya sedang dilakukan untuk menyelesaikan krisis di dalam keluarga kerajaan --percekcokan terbuka pertama dalam beberapa tahun, tetapi Pangeran Hamza tidak mau bekerja sama.
Raja Abdullah mencopot Pangeran Hamza dari posisinya sebagai ahli waris takhta pada 2004, yakni suatu tindakan yang memperkuat kekuasaannya. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil