jpnn.com, GUANGZHOU - Bank Indonesia (BI) menyosialisasikan penggunaan mata uang lokal untuk penyelesaian transaksi bilateral (Local Currency Settlement/LCS) kepada para pengusaha China.
Sosialisasi tersebut disampaikan oleh Direktur Eksekutif Pengembangan Pasar Keuangan BI Donny Hutabarat kepada para peserta Forum Bisnis Indonesia-China di Guangzhou, Senin (26/9).
BACA JUGA: Indonesia Raup Rp 23,3 Triliun dari Ekspo di China
"LCS ini bisa membantu pemulihan ekonomi dan pengembangan pasar keuangan," katanya saat memberikan paparan secara virtual kepada sedikitnya 100 pengusaha China yang hadir secara langsung di Guangzhou.
Melalui LCS yang telah disepakati bank sentral di kedua negara, lanjut dia, pengusaha China bisa melakukan transaksi pembayaran dengan mitranya di Indonesia dengan menggunakan mata uang yuan atau rupiah.
BACA JUGA: Dubes Djauhari Rayu Pabrikan Mobil China Ini Investasi di Indonesia
Dengan menggunakan mata uang lokal, yuan atau rupiah, maka para pengusaha di kedua negara tidak perlu lagi mengonversinya ke dalam mata uang dolar AS seperti sebelum LCS disepakati pada 2021.
"BI mengimplementasikan LCS ini sebagai upaya untuk mengakselerasi pengembangan pasar keuangan, mengurangi volatilitas nilai tukar rupiah, dan meningkatkan efisiensi pasar," katanya.
BACA JUGA: Perdagangan dengan China Makin Menggembirakan, Indonesia Cuan Besar
Donny menganggap pentingnya mendorong implementasi LCS di lingkungan pengusaha China karena China merupakan negara terbesar kedua yang melakukan investasi asing langsung di Indonesia.
Sekitar 20 persen total investasi asing langsung di Indonesia dikuasai oleh China.
"LCS ini dapat pula meningkatkan hubungan dagang antara Indonesia dan China," ujarnya menambahkan.
Transaksi LCS di Indonesia, jelas dia, menunjukkan tren positif sejak 2018.
Namun realisasi LCS dengan China yang diimplementasikan sejak 6 September 2021 masih di bawah dua persen.
Sebelum dengan China, Indonesia mengimplementasikan LCS dengan Jepang, Thailand, dan Malaysia.
Forum Bisnis di Guangzhou dihadiri sekitar 100 orang dengan menerapkan protokol kesehatan antipandemi COVID-19 secara ketat, seperti kewajiban peserta menunjukkan hasil negatif tes PCR.
Selain itu, ada sekitar 200 orang pengusaha Indonesia dan China menghadiri forum tersebut secara virtual.
Forum bisnis tersebut digelar oleh Kedutaan Besar RI di Beijing bekerja sama dengan Konsulat Jenderal RI di Guanghzou dan Kantor Bank Indonesia Perwakilan Beijing.
Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun membuka acara tersebut secara luring, sedangkan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam sambutan pembukaan secara daring menyampaikan pentingnya berinvestasi di Indonesia. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif