Yuddy Chrisnandi Tuangkan Gagasan via Buku Dari Kyiv Menulis Indonesia

Rabu, 09 Oktober 2019 – 22:53 WIB
Duta Besar RI untuk Ukraina, Armenia dan Georgia Yuddy Chrisnandi. Foto: dokumentasi pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Mantan Menpan-RB Yuddy Chrisnandi meluncurkan bukuk terbarunya berjudul Dari Kyiv Menulis Indonesia di Universitas Nasional, Selasa (8/10).

Buku yang diterbitkan oleh Madani Institute itu berisi manifestasi pemikiran Yuddy selama mengemban tugas sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk negara Ukraina, Georgia dan Armenia yang berkedudukan di Kyiv, Ukraina sejak April 2017 hingga sekarang.

BACA JUGA: Cerita Yuddy Chrisnandi Berpuasa 18 Jam di Ukraina

Buku Dari Kyiv Menulis Indonesia disunting oleh Safrizal Rambe dan pengantar ditulis oleh Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia Ibnu Hamad. Menurut Ibnu, duta besar memiliki peran dealer atas negara yang diwakilinya. Yuddy berperan menjadi dealer yang tidak biasa. Dia adalah tipe dealer yang kreatif dan inovatif.

“Tidak melulu ‘menikmati’ posisi, tetapi justru  dengan posisi yang diraihnya ia ingin menggunakan wewenangnya untuk kepentingan yang lebih luas, yakni kemaslahatan lingkungan sosial, bangsa dan negaranya,” tulis Ibnu.

Dia pun menyoroti pandangan-pandangan yang dituangkan Yuddy di buku tersebut.

“Sepertinya dia bukan ingin menjalankan misi sebagai wakil (dealer) RI di luar negeri (Ukraina, Armenia dan Georgia), melainkan juga melaksanakan tugas ‘kepemimpinan’ (leadership) pada saat melaksanakan tugasnya sebagai Duta Besar,” imbuh Ibnu.

Buku Dari KYIV Menulis Indonesia merupakan kumpulan tulisan Yuddy yang terbagi menjadi tiga bagian.

Buku itu ditulis sejak dia menjabat sebagai Duta Besar hingga saat ini. Buku ini merupakan benang merah pandangan, kepedulian dan visi ke depan Yuddy tentang pertahanan dan keamanan Indonesia, baik dari aspek geopolitik, ekonomi maupun pemetaan politik dalam negeri.

Yuddy membukanya dengan artikel berjudul Populisme di Era Tekonologi Informasi.

Pada tulisan ini Yuddy menyitir tentang terjadinya perubahan revolusioner kehidupan bangsa dan negara yang bergeser dari tata nilai communal state menjadi tata nilai global individual yang disebabkan oleh kemajuan IT (Information Technology).

Teknologi Informasi bahkan kini telah menjadi kekuatan baru yang mengendalikan tatanan sosial budaya, memengaruhi perdagangan domestik dan internasional, merubah peta perpolitikan dan secara drastis merevolusi sistem pertahanan dan keamanan dunia.

“Kini, negara-negara maju membelanjakan sebagian besar anggaran militernya untuk belanja teknologi informasi berbasis data. Sebab, mereka meyakini dengan penguasaan itu mereka akan unggul beberapa langkah di depan,” kata Yuddy.

Menurut Yuddy, ke depan, penguasaan teknologi informasi, big data, algortima dan artificial intellegence akan menjadi senjata yang paling berbahaya bagi kelangsungan hidup bangsa-bangsa di dunia.

“Jauh lebih berbahaya sejak penemuan bom atom jelang akhir perang dunia ke dua. Teknologi ini mampu men-drive perilaku, kebiasaan, pemikiran manusia secara massal dalam waktu yang singkat,” kata Yuddy. (jos/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler