Yuk, Nikmati Pesona Dieng Culture Festival

Sabtu, 06 Agustus 2016 – 10:31 WIB
Suasana matahari terbit di Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. Foto: Radar Kedu/JPG

jpnn.com - WONOSOBO - Bulan Agustus ini banyak agenda festival berkualitas di tanah air. Di antara sekian banyak agenda festival, salah yang direkomendasikan Menteri Pariwisata Arief Yahya adalah Dieng Culture Festival (DCF) 2016 yang mulai berlangsung Jumat (5/8) dan akan berakhir Minggu (7/8).

Rangkaian acara di festival yang berlangsung di Dieng, Jawa Tengah itu pun keren-keren. Dari penampilan Emha Ainun Najib dengan Cak Nun dengan Kiai Kanjeng, Jazz Atas Awan, pesta kembang api, hingga jamasan, pencukuran rambut dan pelarungan rambut anak gimbal khas Dieng. Semua ada di DCF 2016.

BACA JUGA: Hmm..Jadi Ini Posisi Bercinta Yang Disukai Perempuan

"Ada perpaduan seni tradisi, budaya dan musik modern yang membuat festival ini lebih berkelas. Anak muda masuk, orang paruh baya pun juga masuk. Ada wayang, juga pentas lengger yang khas daratan tinggi Dieng yang memiliki ketinggian kisaran 2000 m dari permukaan laut," ungkap Hari Untoro Drajad, Staf Ahli Menpar Bidang Multikultural.

Menurut Hari, di dataran tinggi sebelah barat gunung Sindoro dan Sumbing ini ada bukti arkeologis yang berdiri di permukaan bumi. Ada Candi Arjuna, Candi Bima, Candi Gatotkaca, hingga sumber air Jalatunda yang konon mengalirkan air erkhasiat.

BACA JUGA: Empat Hal ini Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Kulit

"Air suci ini diambil dan digunakan untuk upacara tertentu di Bali. Ini membuktikan peradaban yg berasal dari abad 9-10 Masehi. Hingga abad ke-12, ritual ini masih terjadi di dataran tinggi Dieng. Sekarang tradisi pemotongan atau pencukuran rambut gimbal," jelasnya.

Hari menjelaskan, upacara selamatan yang dilakukan di kompleks Candi Arjuna itu sangat menarik. Banyak wisatawan Eropa yang suka dengan alam dan tradisi di Dieng. "Dieng juga tempat yang indah untuk melihat matahari terbit," kata Hari.

BACA JUGA: Inilah Kelebihan Si Introvert Dalam Urusan Ranjang

Beragam kemeriahan ini membuat agenda DCF tak pernah sepi dari pengunjung. Tahun lalu, DCF dibanjiri sekitar 20 ribu pengunjung.

Atraksi di DCF pun sangat beragam. Salah satu yang paling ditunggu adalah Jazz Atas Awan. Biasanya, acara jazz dinikmati di kafé-kafé. Tapi di DCF 2016, pengunjung bisa menikmati jazz tepat di depan Candi Arjuna Dieng. Menikmati musik di ketinggian lebih dari 2000 meter di atas permukaan laut. Atraksi alamnya, gunung yang menjulang tinggi.

Nah, agenda utama dari Dieng Culture Festival ini lagi-lagi ritual cukur rambut gimbal. Anak-anak di kawasan Dieng memang memiliki rambut gimbal sebagian.

Rambut gimbal itulah yang akan dipangkas melalui sebuah ritual adat. Si anak berhak meminta imbalan untuk kesediaannya dicukur rambut gimbalnya. Nah, ritual adat ini setahun sekali dilakukan pada saat Dieng Culture Festival.

“Ini sangat menarik. Selain karena dilakukan di area candi-candi di kompleks Candi Arjuna, upacara adat ini menjadi even yang sangat menarik bagi wisatawan mancanegara. Terutama untuk pasar Eropa dan Australia. Jangan lupa, nilai adat dan tradisi menjadi kebanggaan bangsa. Semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan,” sambung Hari.

Salah satu keunikan DCF adalah selalu digelar pada waktu musim kemarau, biasanya Juli – Agustus. Saat festival digelar, suhu di dataran tinggi dieng ini bisa mencapai minus 2 derajat celcius.

Jangan buru-buru takut kedinginan. Karena di Dieng, ada banyak homestay yang punya banyak keunikan tersendiri.

Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno sudah menginstruksikan pemilik homestay untuk membuat surang. Inilah tungku perapian khas masyarakat setempat yang tidak dijumpai di wilayah lain di Indonesia.

“Kalau air hangat, dan selimut itu hal biasa. Banyak ditemukan di tempat lain. Namun tungku perapian itu hanya ada di Dieng. Tidak ditemukan di tempat lain karena itu nilainya beda dan pengalaman baru bagi wisatawan. Keunikan seperti ini memiliki daya jual dalam industri pariwisata,” katanya.

Selain itu, ada juga acara seribu lampion yang diterbangkan secara ramai-ramai. Langit Dieng bertaburan cahaya lampion yang bersanding dengan kerlap-kerlip bintang.

“Dijamin memorable buat anda yang datang ke Dieng Culture Festival ini,” tambah Hadi.

Selain pesona budaya dan keindahan alamnya, di Dieng juga ada makanan khas yang sangat sayang dilewatkan. Namanya mie ongklok. “Dijamin maknyuss kalau kata Pak Bondan,” ucap Hadi menyebut nama pengamat kuliner kondang Bondan Winarno.

Acara pembukaan Dieng Cultural Festival 2016 dimeriahkan oleh penampilan musik dari Kiai Kanjeng berserta Cak Nun. Setelah itu, pengunjung dapat menikmati matahari terbenam di Bukit Skuter yang dapat ditempuh hanya 15 menit dari Desa Dieng Kulon.

Usai menikmati matahari terbenam, pengunjung akan diajak bersiap-siap menyaksikan pertunjukan Jazz Atas Awan. Pertunjukan musik jazz yang digelar di panggung utama, di sebelah timur kompleks Candi Arjuna. Pertunjukan musik tersebut akan dilangsungkan di tengah suhu 2,5 derajat Celcius.

Sedangkan Sabtu (6/8), pengunjung bisa menikmati matahari terbit di berbagai puncak dataran tinggi Dieng. Mulai Puncak Sikunir, Prau, Pakuwaja hingga Pangonan.

Pengunjung disarankan untuk memulai pendakian pukul 02.00-04.00 waktu setempat agar tidak terjebak macet pada saat mendaki.

Setelah melihat matahari terbit, pengunjung diajak mengikuti acara “Jalan Kaki Keliling Kampung" di  Dieng yang diakhiri penerbangan ribuan balon gas dan minum purwaceng, minuman khas Dieng.

Panitia akan menyediakan sejumlah doorprize untuk peserta jalan kaki keliling kampung. Titik start dan finisnya adalah Kompleks Gedung Soeharto-Withlam, Dieng.

Masih pada hari yang sama, pengunjung bisa menikmati pertunjukan seni yang tersebar di berbagai lokasi, baik di panggung utama maupun panggung khusus budaya. Lokasinya tersebar di Telaga Warna, Kawah Sikidang, maupun lokasi wisata alam lainnya.

Malam harinya digelar pertunjukan musik akustik, stand up comedy dan penerbangan sekitar 5000 lampion, serta permainan kembang api. Diperkirakan 15 ribu letusan kembang api akan menghiasi langit Dieng setelah penerbangan lampion usai.

Acara puncaknya adalah rangkaian ruwat rambut gimbal yang akan dilaksanakan pada tanggal 7 Agustus 2016. Khusus acara kirab budaya, panitia hanya membuka kesempatan bagi 80 orang pengunjung saja untuk terlibat.

Setelah kirab budaya keliling Dieng, rangkaian ritual potong rambut dilanjutkan dengan Dharmasala. Sejumlah anak berambut gimbal akan dicukur rambutnya oleh sejumlah tokoh.  Acara ini dipandu pemimpin spiritual
suku Dieng, Mbah Naryono. (adv/jpnn)

Agenda DCF 2016:

5 Agustus

  • 13.30-14.00 Pembukaan DCF 7
  • 14.00- 17.00 Cak Nun dan Kiayi Kanjeng
  • 17.00- 19.00 break ishoma dll
  • 19.00- 23.45 JAZZ ATAS AWAN dan Bakar Kentang bareng
  • 23.45- 00.00 Pesta Kembang Api

6 Agustus 2016

  • 08.00- 09.30 Jalan sehat
  • 09.30- 10.00 Minum Purwaceng bareng
  • 10.00- 12.00 Pentas Seni Tradisional sesi 1
  • 12.00- 13.00 Break
  • 13.00- 17.00 Pentas Seni tradisional sesi 2
  • 17.00- 19.00 Break
  • 19.00- 23.00 Pagelaran Wayang kulit, pagelaran musik dan Pesta lampion

7 Agustus

  • 08.00- 09.30 Kirab budaya
  • 09.30- 10.30 Jamasan Anak Gembel/gimbal
  • 10.30-12.00 Pencukuran Rambut anak Gembel/gimbal
  • 12.00- 12.30 Break
  • 12.30- 13.30 Pelarungan Rambut Anak Gembel/gimbal dan Penutup.

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tips untuk Meningkatkan Mood Bercinta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler