jpnn.com, SURABAYA - Semua manusia ada masanya, dan semua masa ada manusianya. Kutipan tentang perjalanan waktu itu yang telah menginspirasi Hamid Nabhan membuat buku berjudul Ziarah Sejarah. Kini, materi buku sudah selesai hingga 90 persen dan akan di-launching setelah lebaran.
Untuk bukunya kali ini, budayawan yang juga seniman itu, memfokuskan pada peran peranakan Arab dalam membantu dan mengisi kemerdekaan Indonesia.
BACA JUGA: Rumpak-rumpakan, Tradisi Berlebaran Keturunan Arab di Kuto Palembang
Total ada puluhan kisah nyata sumbangsih warga keturunan Arab yang dibukukan. Misalnya saja kisah tentang Pangeran Diponegoro yang melawan penjajah. Kelak diketahui bahwa Sang Pangeran merupakan keturunan Arab dan bernama Syayid Abdul Hamid.
Hal itu juga yang dia katakan saat menceritakan tokoh pelopor seni Indonesia, Raden Saleh. Menurut Hamid, pelukis yang bernama lengkap Raden Saleh Sjarif Boestaman itu memiliki garis keturunan Arab dari dua pihak orang tuanya. ”Yakni Ayahnya Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja, dan kakek dari pihak ibu Sayyid Abdoellah Boestaman,” terangnya.
Raden Saleh ini pula yang melukis kisah penangkapan Pangeran Diponegoro. Lukisan yang pernah menjadi koleksi Kerajaan Belanda itu kini dipajang di Istana Negara.
Ada juga kisah Sakera, pahlawan asal Pasuruan yang bernama asli Omar Bawazier.
Sampai cerita tentang AR Baswedan yang berjasa mempersatukan keturunan Arab di Indonesia. Kakek dari Gubernur DKI saat ini Anies Baswedan itu dinilai memiliki peran penting dalam proses kemerdekaan RI dan mengisi kemerdekaan di awal-awal terbentuknya Republik Indonesia.
”Salah satunya ketika menjabat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Serta pernah juga menjabat Wakil Menteri Muda Penerangan RI Kabinet Sjahrir, Anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), anggota Parlemen, dan anggota Dewan Konstituante,” terang Hamid.
Menurut Hamid, ide pembuatan bukunya itu bukan untuk mengkotak-kotakkan peran anak bangsa. ”Karena dalam perjalanan Republik ini semua memiliki peran penting. Ini hanya sekadar menjadi pengingat sejarah saja," kata pria yang juga kolektor lukisan dari perupa ternama Indonesia..
Beberapa kisah lain yang juga dibukukan adalah kisah Syech Salim Nabhan, pendiri percetakan pertama di Indonesia yang gudangnya pernah dibakar PKI. Lalu kisah status kewarganegaraan stelsel pasif dari Bung Karno, cerita tentang penyelamat bendera pusaka, hingga lainnya.
Rencananya, buku itu akan dicetak lebih dari 10 ribu eksemplar untuk dibagi-bagikan secara gratis ke perpustakaan, sekolah, hingga taman-taman baca. (JPNN/pda)
Redaktur : Tim Redaksi