Rumpak-rumpakan, Tradisi Berlebaran Keturunan Arab di Kuto Palembang

Biasanya dua Hari Saling Bersilaturahmi, Hari Ketiga untuk Pernikahan Sesama Keturunan Arab.

Selasa, 27 Juni 2017 – 16:30 WIB
ILUSTRASI. Foto: Sumatera Ekspress/JPNN.com

jpnn.com, PALEMBANG - Berbagai cara dilakukan umat Islam dalam merayakan Hari Raya Idulfitri. Seperti yang dilakukan warga keturunan Arab yang ada di Kota Palembang terutama kawasan Kuto, Kecamatan Ilir Timur (IT) II, Palembang yang melakukan tradisi rumpak.

ADI FATRIANSYAH - Palembang

BACA JUGA: Cuit Deradikalisasi dan Idulfitri, BNPT Dikritik DPR

SEJAK selesai salat Idulfitri secara langsung melaksanakan tradisi rumpak-rumpakan dengan bersilahturrahmi atau sanjo. Selama pelaksanaan tradisi tersebut, juga diramaikan tetabuhan musik gambus dan sarofal anam.

Sepanjang jalan yang dilalui, tidak jarang dikunjungi oleh peserta rumpak-rumpakan. “Tradisi sudah bertahan ratusan tahun. Jadi setiap habis Salat Ied, umat akan berkumpul terkebih dahulu kumpul di musala, masjid ataupun rumah tetua kampung. Dari sana, rombongan akan mulai mengunjungi rumah warga yang lain.

BACA JUGA: Meleset dari Perkiraan Dokter, Lahir Saat Takbir Idulfitri Menggema

Walau dalan kunjungan tersebut, hanya sekadar minum ataupun bersalaman dengan tuan rumah semata itu sudah cukup. Intinya hanya untuk menjalin silahturahmi sekaligus menjaga tradisi yang sudah ada sejak beberapa generasi itu," terang Umar (43), warga Jalan Slamet Riyadi Kelurahan 10 Ilir atau kawasan Pasar Kuto, kemarin (25/6) seperti dilansir Sumatera Ekspress (Jawa Pos Group).

Menurut Umar, selama rumpak-rumpakan tersebut, setiap rumah yang didatangi diawali dengan qasidah, alfatihah, pembacaan doa hingga jamuan makan dan minuman ringan dari tuan rumah.

BACA JUGA: Beruntungnya Ahmad Dhani Punya Safeea...

Selain itu, pelaksanaan rumpak-rumpakan ini digelar selama dua hari untuk silahturahmi. Sedangkan hari ketiga, biasanya dilakukan pernikahan antar keturunan Arab.

"Hari pertama, dilaksanakan hingga siang hari dan hanya beberapa rumah saja. Sedangkan hari kedua dilanjutkan dengan jumlah rumah yang dikunjungi lebih banyak. Sementara hari ketiga, ada pernikahan," jelasnya.

Meski demikian, diakuinya pelestari dari tradisi in sudah mulai berkurang khususnya di kalangan generasi muda. Untuk itu, sebagai langkah antisipasi secara rutin terus dilakukan. Paling tidak, agar tetap ada regenerasi dari penerus tradisi ini.

“Kita sangat menyayangkan, tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun sudah terus berkurang pelestarinya,” ungkapnya.(JPG/afi/via/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Beginilah WNI di Inggris Merayakan Idulfitri


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler