-----
Bintang-bintang lapangan hijau Indonesia cukup bertaburan. Namun, banyak diantara bintang itu yang tenggelam setelah pada masa mudanya meraih kesuksesan berlimpah dan ketenaran.
Itu pulayang dialami oleh Zulkarnain dipuja-puja pada era 80-an, Nama Zulkarnain tenggelam pada akhir 90-an. Lama tak terdengar, nama Maradona Indonesia itu mulai pada awal 2000-an lalu. Namun, bukan lagi nama besar sebagai pemain hebat, dia terdengar karena sedang merintis jalan kehidupannya untuk kembali menemukan kesuksesan.
Dari seorang pemain sepak bola penghuni timnas, Zulkarnain harus memulai hidup dari nol. Dia sempat terpuruk dan sempat menjadi penjual nasi goreng. Dia mengakui jika naik turun kehidupannya akibat tak mampu memanfaatkan masa keemasannya dahulu.
"Saya pernah di atas, sampai akhirnya tidak memliki apa-apa, hidup saya kocar-kacir. Karena hidup saya dahulu salah, saya menghamburkan apa yang saya miliki, tak berpikir untuk masa tua saya," katanya saat ditemui di rumahnya, di Margawangi, Ciwastra, Bandung, Kamis (4/10) lalu.
Ya, pada masa kejayaannya, Zulkarnain diakui cukup fenomenal. Dikenal sebagai pemain hebat, tapi juga kerap Indispliner. Karena itu pula dia sempat dicoret dari timnas. Bukan hanya Indisipliner, pemain berposisi gelandang itu juga dekat dengan kehidupan malam.
"Semua orang tahu bagaimana saya dahulu. Sekarang saya sudah berubah. Ini yang sulit, untuk membuat orang percaya bahwa saya sudah berubah," tuturnya.
Kini, Zulkarnaen mencoba bangkit. Dia ingin kembali memunculkan namanya di dunia kulit bundar. Tapi, bukan sepak bola yang dulu pernah ditekuninya, melainkan dari sepak bola wanita.
Dia melatih sepak bola wanita setelah dikenalkan oleh sang istri, Papat Yunisal. Jadilah, sampai saat ini dia melatih Sekoilah Sepak Bola wanita Queen di Bandung. "Saya aktif di sepak bola wanita. Saya ingin bangkit lagi dan mendapatkan kepercayaan. Saya tak bisa meninggalkan sepak bola," ujarnya.
Keterpurukan hidup yang dialami oleh lelaki 54 tahun tersebut memang sempat menjauhkan Zulkarnain dari sepak bola. Setelah pensiun pada 2000 dari lapangan hijau, Zulkarnain banting setir menekuni usaha sampai akhirnya berjulan nasi goreng di Cimahi.
Pada 2003, pemain yang dikenal cukup lincah itu kemudian beretemu dengan almarhum mantan pemain timnas Ronny Pattinasarani. Dari pertemuan tersebut, Zulkarnain kemudian diajak untuk kembali ke dunia kulit bundar.
"Dia sangat berjasa membawa saya kembali ke sepak bola. Saya dipercaya untuk memantau talenta-telenta muda. Saat itu masih ada liga Medco kompetisi PSSI U-15," ucapnya.
Saat itu, lanjut dia, Zulkarnain menemukan semangat untuk turut berperan membangun sepak bola Indonesia. Dia melihat, saat itu, talenta-talenta muda bertebaran. Dia sangat bersemangat untuk membantu PSSI membangun kembal.i sepak bola Indonesia yang sulit mencapai puncak prestasi bahkan di level Asia Tenggara.
Tapi, setelah terjadi kisruh di dunia sepak bola Indonesia dan Liga U-15 juga dihentikan, Zulkarnain pun memutuskan untuk mundur. "Saya tak akan kembali sampai kondisi di sepak bola stabil dahulu. Saya fokus di SSB dahulu," ucapnya.
Dia menegaskan, bahwa prestasi sepak bola Indonesia selamanya tak akan bisa bangkit jika tak ada perubahan. Dia berharap, konflik di sepak bola Nasional bisa secepatnya selesai dan PSSI kembali fokus membangun pembinaan dan mengejr prestasi timnas. (Muhammad Amjad)
Nama: Zulkarnain Lubis
Lahir: Binjai 21 Desember 1958
Istri: Papat Yunisal
Anak: Yesi Zulkarnain Lubis
Widya Zulkarnain Lubis
Reno Zulkarnain Lubis
Hobi: Memancing
Pendidikan:
SD Binjai (7 tahun)
SMP Binjai (4 Tahun)
SMA
Klub
PSKB Binjai 1977-1979
PSMS 1979
Mercubuana Medan 1980-1983
Yanita Utama Bogor 1983-1985
Krama Yudha Tiga Berlian 1985-1987
Persegres Gresik 1989
Petrokimia Putra 1990
PSM Makassar 1997
Persid Jember 2000
Timnas
PSSI Garuda 1980
PSSI Utama 1982-1987
Time line
1970 Mulai Gila Sepak Bola
1977 Gabung dengan tim Perserikatan, PSKB Binjai
1980 Masuk klub Galatama Mercubuana, dapat prestasi professional pertama menjadi runner up Galatama, dipanggil timnas Garuda (timnas B)
1982 dipanggil timnas Utama, untuk Pra Piala Dunia 1986
1983 juara Galatama bersama Yanita Utama Bogor
1985 Mendapat prestasi Internasional, mengantar Krama Yudha Tiga Berlian menjadi peringkat ketiga Klub Asia. Mendapat julukan Maradona Indonesia dari media saat itu.
1987 pensiun dari timnas
2000 pensiun dari sepak bola
2002-2003 sempat terpuruk bahkan sampai berjualan nasi goreng. Sempat dicibir karena nama besarnya saat masih menjadi pemain. Akhirnya ditarik manjadi talent scouting U-15 oleh Ronny Pattinasarani
2004 menangani tim sepak bola wanita SSb Queen, Menikah dengan sang pendiri Papat Yunisal
2010 kisruh sepak bola, memutuskan berhenti dari scouting timnas. Sekarang berusaha membangkitkan kepercayaan orang-orang dan terus fokus di tim sepak bola wanita.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Siswa SD Papua Ciptakan Perangkat Simulator Mobil
Redaktur : Tim Redaksi