Seorang ahli mengatakan, sebuah daftar password atau kata sandi terpopuler di tahun 2015 mengungkap banyaknya netizen yang terus mengkompromikan keamanan cyber mereka sendiri.
Daftar, yang disusun oleh perusahaan ‘Splash Data’ dari sekitar dua juta password bocor, tersebut mengungkap bahwa dua password paling populer tak berubah sejak tahun 2011.
BACA JUGA: Gambar Model Bertubuh Bugar Berdampak Negatif Bagi Self Esteem Perempuan
Kata sandi atau password "123456" tetap yang paling populer, diikuti dengan "password".
"Football", "welcome”, "login" dan "abc123" juga masuk dalam daftar 25 password paling populer sepanjang tahun 2015.
BACA JUGA: Pria Inggris Persoalkan Status Pernikahan dalam Surat Kematian Pasangannya di Adelaide
Kata sandi pendatang baru termasuk "starwars" dan "solo", bertepatan dengan pemutaran film ‘Star Wars: The Force Awakens’.
Kata sandi atau password favorit lainnya termasuk "dragon", "monkey", "let me ini", dan angka 1-9.
BACA JUGA: Di Australia Juga Ada Daerah Bernama Madura, Terkenal dengan Peternakannya
Menurut Matthew Warren, profesor keamanan informasi di Universitas Deakin, bagian teratas daftar itu hampir tak berubah selama 30 tahun terakhir.
"Secara historis, sejak tahun 80-an, password paling populer sangat mirip. Ini menunjukkan bagaimana pengguna tak belajar dari sejarah, atau pengalaman mereka," jelasnya.
Ia mengatakan, informasi tentang kesadaran keamanan cyber sulit untuk ditemukan, jadi kebiasaan masyarakat tak berubah.
"Anak-anak tak diajarkan memilih password yang aman di sekolah, dan Anda harus mengunjungi situs pemerintah untuk mendapatkan informasinya," sebut Matthew.
Tiga lapis verifikasi adalah kunci
Bagi siapa saja yang menemukan password mereka di daftar tersebut, Profesor Matthew menyarankan adanya tiga lapis pendekatan verifikasi: username, password yang lebih kompleks, dan bentuk verifikasi biometrik.
Ia mengatakan, verifikasi biometrik kini menjadi lebih umum pada sistem ponsel, tapi masyarakat masih enggan untuk mengambil langkah ekstra.
Sistem biometrik menggunakan karakter unik dan individual untuk verifikasi, termasuk sidik jari dan pemindaian retina.
Profesor Matthew mengatakan, password yang lebih panjang tak ada bedanya jika mereka didasarkan pada pola sederhana yang mudah ditebak.
"Masyarakat hanya menggunakan gabungan angka 1-9; mereka selalu melakukan hal yang paling sederhana," tuturnya.
Ia juga merekomendasikan penggunaan campuran huruf besar dan huruf kecil, serta tanda baca seperti koma dan tanda tanya.
"Tak satu pun dari password itu muncul dalam daftar. Daftar ini semuanya berbentuk teks atau gabungan angka yang sederhana, password sederhana, atau mereka yang berpura-pura menjadi pahlawan super," sebutnya.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tanggapan Warga Indonesia Soal Turunnya Harga Bensin di Australia