’Nasionalkan’ Hari Puisi, Bentuk Yayasan
jpnn.com - JAKARTA - Festival Hari Puisi 2014 yang digelar INDOPOS memuncak tadi malam di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, (17/7). Puncak acara menjadi malam anugerah untuk para juara lomba deklamasi, musikalisasi puisi, dan sayembara buku puisi. Para pemenang menerima hadiah berupa uang tunai dan trophy Hari Puisi 2014.
"Dengan digelarnya malam anugerah ini maka berakhirlah Festival Hari Puisi 2014," kata Asrizal Nur, Ketua Penyelenggara Festival Hari Puisi 2014. Menurutnya, festival yang digelar dalam rangka menyambut Hari Puisi Indonesia ini diharapkan bisa terus terselenggara tiap tahun. Peringatan Hari Puisi tahun ini Asrizal akui maju dari tanggal seharusnya pada 26 Juli karena berdekatan dengan Idul Fitri.
Asrizal menyebut pada tahun-tahun berikutnya, ada ide untuk meluaskan jangkauan festival dengan menambah kegiatan. Salah satunya dengan memasukan film sastra sebagai salah satu yang dilombakan.
"Semoga keinginan tersebut bisa terwujud tahun depan," katanya.
Di tempat yang sama, Ketua Dewan Kesenian Jakarta Irawan Karseno menyebut Festival Hari Puisi adalah sebuah acara penting yang patut diapresiasi. "Kata-kata adalah kehidupan itu sendiri dan puisi adalah kekuatan di dalamnya," kata Irawan Karseno. Menurutnya, puisi memperhalus citra manusia dan peradabannya.
Inisiator dan deklarator Hari Puisi Indonesia Rida K. Liamsi menyebut pentingnya memuliakan puisi. "Hari Puisi diadakan untuk memberi penghormatan kepada puisi, kepada kemanusiaan," katanya.
Rida yang juga Dirut INDOPOS menyebut, peringatan Hari Puisi dua tahun terakhir digelar oleh Yayasan Panggung Melayu dan ke depan muncul ide membuat Yayasan Hari Puisi Indonesia. Pembentukan yayasan baru, sebut Rida, agar Hari Puisi semakin menasional.
Pada malam puncak Festival Hari Puisi 2014 dewan juri sayembara buku memilih lima pemenang dan satu penerima anugerah buku puisi. Lima pemenang itu adalah Zawawi Imron (Air Terisak Membelah Batu), Hasta Indrayana (Piknik Yang Menyenangkan), Iverdixon Tinungki (Matakara), Isbedy Stiawan ZS (Menuju Kota Lama), dan Ni Made Purnama Sari (Bali Borneo).
Dewan juri sayembara buku yang terdiri dari Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi WM dan Maman S Mahayana memilih Belum Dalam Lukamu karya M. Anton Sulistyo sebagai penerima anugerah buku puisi 2014. Penerima anugerah buku puisi 2014 berhak atas hadiah uang tunai Rp 50 juta dan trophy.