2 Bocah Tewas Terpanggang, Terjebak Dalam Kobaran Api
jpnn.com - KENDARI - Linangan air mata terus membahasi pipi Nurjanah. Perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang Pasar Basah Mall Mandonga dan di Rumah Sakit Bahteramas ini masih belum bisa menerima takdir, dua buah hatinya yang masih bocah, Dina (7) dan Riski (2) meninggal dunia dengan cara tragis.
Kedua bocah itu dijemput maut setelah tak bisa menyelamatkan diri dari kepungan api yang membakar rumah mereka sekitar pukul 10.30 Wita, Senin (24/11) di Lorong Sakura (belakang Toko Atlet), Mandonga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Saat ditemukan, kondisi korban cukup mengenaskan. Dua korban tersebut sudah dikebumikan sore kemarin di TPU Punggolaka. Saat kejadian, kedua orang tua sang bocah sedang bekerja. Wa Jana--panggilan Nurjanah--berjualan, sedangkan suaminya, (35) Syarifudin Anta (La Anta) bekerja sebagai buruh bangunan di kawasan Kampus Universitas Halu Oleo.
Di rumah, selain kedua korban, juga ada satu anaknya yang lain bernama Yasti. Ia selamat karena saat kejadian, sedang ke warung tetangga, jajan makanan ringan. "Mereka (dua korban) main di lantai dua. Saya pergi beli kue," kisah Yasti, anak pertama pasangan ini.
Saat peristiwa itu terjadi, Yasti yang baru pulang, langsung histeris melihat rumahnya sudah dilalap api. Tak begitu lama, adiknya, Susi juga tiba di rumah, baru pulang sekolah. Devi, saudara mereka yang lain sempat menyelamatkan diri dari dalam rumah.
Sementara Dina dan Reski terjebak di kediaman itu. Tubuh korban ditemukan tewas terbakar dalam posisi berdampingan. Petugas pemadam kebakaran membungkus kedua bocah malang itu dengan kain sarung dan membawa mereka ke rumah tetangga terdekat. belum diketahui pasti penyebab kebakaran.
Namun diduga, kebakaran terjadi saat kedua bocah itu mencoba menyalakan korek api dekat tabung gas berukuran 3 kilogram yang bocor sehingga api menyambar dengan cepat. Api pun berkobar dan membakar rumah.
Warga sekitar memadamkan api dan lainnya mencoba menolong dua anak La Anta dan Wa Jana yang ada di dalam. Namun api terus membesar sehingga dua korban tak dapat terselamatkan. "Saya suruh loncat tapi mereka tidak bisa karena tinggi, dan itu dalam keadaan api sedang membakar rambutnya," tutur salah seorang saksi mata.
Informasi berhasil dihimpun dari lokasi kejadian, kobaran api muncul dari arah dapur disertai tiupan angin kencang sehingga dengan mudah menyebar, apalagi rumah tersebut terbuat dari material papan. "Api dari arah dapur dan tabung gas juga meledak. Kami juga berusaha menyuruh untuk mencoba menyelamatkan anak-anak itu tapi tidak bisa, hanya suara tangisan saja yang kami dengar," cerita Wa Indra salah satu tetangga korban.
Kobaran api baru bisa dijinakkan setelah unit mobil pemadam tiba di lokasi. Warga pun mencari kedua korban, namun sudah tak bernyawa. Dua korban tertimpa kayu dan atap rumah. Kapolsek Mandonga, Kompol La Baco juga mengatakan soal dugaan awal penyebab kebakaran tersebut. Informasi dari warga, terdengar ledakan dua kali dari dalam rumah," ungkapnya. Barang bukti tabung gas sudah diamankan untuk kepentingan penyelidikan. Aparat juga memasang garis polisi di lokasi kebakaran.
Ketua RT setempat, Alimin yang juga keluarga korban mengaku, firasat akan adanya musibah itu mulai terasa pada malam sebelumnya. "Anak-anak yang menjadi korban itu susah tidur, kepanasan dan menangis. Namun karena ibu anak-anak itu harus mencari nafkah dengan berjualan maka para bocah tersebut tetap ditinggal di rumah seperti biasa. Kami dari keluarga korban sangat terpukul dengan musibah ini," kata Alimin.
Ia juga menceritakan keseharian Dina dan Riski yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri. "Anak-anak itu selalu di rumah saya dan menjadi teman bermain anak saya. Kami berharap agar pemerintah mengulurkan bantuan, dan ini juga sudah saya koordinasikan bersama lurah," harapnya. (p1/jpnn)