2021, Pemerintah Bakal Menambah Stimulus Sektor Perumahan
jpnn.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 diproyeksikan bisa mencapai 5 persen.
Angka itu jauh membaik dibandingkan 2020 yang diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -1,7 persen hingga -0,6 persen.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Andin Hadiyanto saat menyampaikan paparannya pada HUT KPR BTN ke-44 pekan lalu.
Andin menilai sektor property/perumahan sangat berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi karena Pemerintah juga meyakini sektor tersebut sangat strategis, sehingga menjadi perhatian dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
“Karena sektor properti sangat strategis, melekat di berbagai dimensi, tidak hanya dimensi ekonomi, tapi juga dimensi sosial, keuangan dan juga fiskal. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi backlog perumahan nasional, jadi akan banyak tambahan rumah yang bisa diakses masyarakat, khususnya untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).” kata Andin.
Andin menilai dibutuhkan intervensi langsung dari Pemerintah untuk MBR. Sebab, angka backlog kepemilikan rumah sebesar 11,4 juta orang.
Sementara backlog keterhuniaan adalah sebesar 7,6 juta orang. Intervensi yang dilakukan pemerintah mencakup sejumlah aspek di antaranya mendorong supply side dengan mengusahakan ketersediaan rumah, meningkatkan akses pembiayaan, harga rumah yang terjangkau dan program berkelanjutan.
Untuk itu, Kementerian Keuanganmemberikan sejumlah insentif fiskal dan alokasi anggaran belanja seperti Subsidi Selisih Bunga (SSB), Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM), Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT), Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), Dana Alokasi Khusus Fisik (DAKF) serta dana bergulir Fasilitas Pembiayaan.