22 Dokter Dilaporkan Meninggal Akibat Virus Corona, Begini Komentar Saleh DPR
jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay meminta pemerintah untuk memperhatikan secara sungguh-sungguh nasib para dokter dan tenaga medis yang berjuang melawan virus Corona atau Covid-19.
“Sampai saat ini, dilaporkan ada 17 dokter IDI dan 5 dokter gigi yang meninggal akibat virus corona. Walau demikian, para dokter dan tenaga medis kita tetap semangat. Moral dan mental mereka masih tetap kukuh dan kuat untuk tetap bertarung,” kata Saleh kepada wartawan, Minggu (5/4/2020).
Menurut Ketua DPP PAN ini, banyaknya dokter dan tenaga medis yang meninggal tersebut diduga karena lemahnya perlindungan yang ada ketika mereka bertugas. Terbukti, banyak sekali dari mereka yang bertugas tanpa alat pelindung diri (APD) yang memadai dan standar. Ini tentu sangat riskan sekali di tengah pandemi global yang semakin mengkhawatirkan.
“Jika saat ini para dokter kita masih tetap berjuang, itu lebih pada panggilan moral. Keteguhan hati mereka untuk menuntaskan kerja-kerja kemanusiaan di depan mata,” kata Saleh yang juga Wakil Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) ini.
Lebih lanjut, Saleh mengatakan para dokter, tenaga kesehatan, dan petugas kesehatan adalah manusia biasa. Mereka juga mengikuti pemberitaan yang ada dari berbagai belahan dunia.
“Sama dengan kita, mereka tentunya ada perasaan takut dan khawatir. Sementara tugas-tugas yang menanti mereka belum tahu akan berakhir sampai kapan,” ujar mantan ketua umum PP Pemuda Muhammadiyah.
Dalam konteks itu, menurut Saleh, sebaiknya pemerintah segera memperhatikan pengamanan mereka ketika bertugas. Alat pelindung diri dan alat kesehatan yang standar perlu dipersiapkan secara lengkap. Harus dibagikan secara distributif ke seluruh Indonesia. Semua dokter, tenaga kesehatan dan petugas kesehatan harus betul-betul merasa nyaman ketika bertugas.
“Salah satu yang paling disorot adalah APD. Saat ini, ketersediaannya masih sangat terbatas. Ada banyak RSUD yang melaporkan bahwa mereka tidak memiliki APD. Bahkan, saya dengar, ada RS rujukan yang tidak berani menerima pasien karena alkes dan APD mereka tidak lengkap,” kata Saleh.