3 Masalah Utama Literasi di Indonesia, Poin 1 Bikin Menggeleng
jpnn.com, JAKARTA - Kepala Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando menyampaikan Duta Baca Indonesia (DBI) dibutuhkan untuk mengubah pola pikir dalam membaca dan menulis. Kehadiran DBI harus berdampak terutama saat bersentuhan langsung dengan masyarakat di daerah.
Kerja DBI dinilai berat karena harus memastikan masyarakat menerima informasi baru melalui aktivitas dan gerakannya.
“Saat ini era ledakan informasi. Kalau hari ini ditaksir satu juta informasi lahir dalam satu hari, itu ditaksir minimal, dan kita hanya dapat satu, berarti kita ketinggalan 999.999 informasi," ujar Syarif dalam penandatanganan kontrak kerja antara Perpusnas dan DBI, Gol A Gong di Jakarta, Rabu (25/1).
Oleh karena itu, lanjutnya, gerakan Duta Baca Indonesia untuk memastikan orang berada dalam ruang yang terkonfirmasi dengan dunia yang baru.
Kepala Perpusnas menambahkan, melalui gerakannya, DBI dapat mendobrak pola pikir masyarakat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui penyiapan bahan bacaan.
Ditegaskan, DBI mewakili negara dalam setiap kunjungan. Pada tahun ini, DBI diharapkan meningkatkan kualitas kegiatannya. Pendeklarasian duta baca merupakan dukungan yang berharga bagi Perpusnas.
Dia berharap pejabat lainnya juga aktif untuk mendorong komunitas, institusi, ada duta bacanya di TNI, di Polri, di lembaga-lembaga vertikal dan organisasi-organisasi yang memang pengaruhnya sangat vital.
Gol A Gong didaulat menjadi DBI sejak 2021 dan mengusung tagline “Berdaya dengan Buku”. Berdasarkan catatan, pada 2022, pria dengan nama lengkap Heri Hendryana Harris ini melakukan Gerakan Safari Literasi di 436 titik di seluruh Indonesia, yang mana 12 titik bersentuhan langsung dengan Perpusnas.